Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Pandemi di Indonesia, seperti Apa Gambarannya jika Covid-19 Jadi Endemik?

Kompas.com - 02/03/2021, 12:04 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa virus corona penyebab Covid-19 yang kini menyebar di seluruh dunia, tidak akan sepenuhnya hilang.

Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO, Dr. Michael Ryan, mengatakan, ada kemungkinan pandemi Covid-19 menjadi endemik.

"Penting untuk menjelaskan hal ini. Virus ini mungkin hanya menjadi virus endemik lain di komunitas kita, dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," kata Ryan.

Jauh sebelum ini, sejumlah epidemiolog juga telah memprediksi Covid-19 akan menjadi endemik.

Salah satunya epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, yang melontarkannya pada Mei 2020.

"Saya sudah prediksi memang dari Mei 2020 lalu, ada ceruk kuat kecenderungan Covid-19 ini menjadi endemik," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/1/2021).

Baca juga: WHO Sebut Covid-19 Bisa Jadi Penyakit Endemik, Ini Bedanya dengan Epidemi, dan Pandemi

Seperti apa gambarannya jika Covid-19 berubah dari pandemi menjadi endemik?

Dari pandemi menjadi endemik

Perubahan pandemi dan endemik bukan ditetapkan berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, tetapi sejauh mana penyakit itu menyebar.

Dikcy mengatakan, epidemiolog yang punya pengalaman panjang dalam pengendalian pandemi, biasanya akan segera bisa menemukan dan menyimpulkan perubahan pandemi ke endemik.

"Saat ini kecenderungannya semakin menguat. Apalagi strain baru ini mutasinya begitu cepat, belum lagi ada potensi perburukan situasi," kata Dicky.

Perubahan tersebut terjadi atas beberapa indikator, meliputi:

1. Tingkat kekebalan

Tingkat kekebalan tubuh seseorang yang berhasil pulih, tidak bertahan lama dan dapat menurun seiring waktu.

2. Keparahan infeksi

Ttingkat keparahan infeksi virus yang selanjutnya tidak lebih parah dari serangan pertama.

Akan tetapi, apabila penyakit ini terus ada dan menjadi penyakit endemik, risiko yang harus dihadapi adalah kematian, khususnya pada pasien yang memiliki penyakit penyerta.

3. Mutasi virus

Alasan lain yang memunginkan Covid-19 menjadi endemik adalah potensi adanya mutasi virus. Mutasi virus ini menjadikan virus dengan karakteristik berbeda dinilai akan menyulitkan tubuh untuk menanganinya.

Jika penyakit ini terus ada dan menjadi penyakit endemik, risiko yang harus dihadapi adalah kematian, khususnya pada pasien yang memiliki penyakit penyerta.

Baca juga: Ini Daftar Penyakit yang Awalnya Pandemi Jadi Endemik

Angka reproduksi virus

Sejumlah tenaga kesehatan berjalan menuju ruang perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (26/1/2021). Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Pusat mengumumkan per Selasa (26/1) pukul 15.55 WIB, terdapat penambahan jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 13.094 orang sehingga total telah mencapai 1.012.350 kasus di Indonesia.  ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT Sejumlah tenaga kesehatan berjalan menuju ruang perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (26/1/2021). Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Pusat mengumumkan per Selasa (26/1) pukul 15.55 WIB, terdapat penambahan jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 13.094 orang sehingga total telah mencapai 1.012.350 kasus di Indonesia. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.
Dicky menjelaskan, inti suatu penyakit menjadi endemik adalah angka reproduksinya.

Melansir Healthline, angka reproduksi virus dilambangkan dengan nomor dan huruf, yaitu R0. Misalnya R0 1 (dilafalkan R naught satu).

Angka ini menunjukkan jumlah rata-rata orang yang akan tertular penyakit dari satu orang yang mengidap penyakit itu. Ini secara khusus berlaku untuk populasi orang yang sebelumnya bebas infeksi dan belum divaksinasi.

Misalnya, jika suatu penyakit memiliki R0 18, seseorang yang menderita penyakit tersebut akan menularkannya ke rata-rata 18 orang lainnya.

Dicky menyampaikan, angka reproduksi suatu endemik biasanya ada di angka R0 1.

"Inti dari suatu penyakit menjadi endemik itu sebetulnya dari angka reproduksinya. Jadi angka reproduksi penyakit ini yang jadi kisaran 1. Ia sulit mencapai di bawah 1, walaupun itu bisa terjadi di wilayah di bawah 1 seperti di Australia," jelas Dicky.

Menghitung angka reproduksi dilakukan dengan menggunakan data, seperti jumlah orang meninggal, masuk rumah sakit, atau teruji positif mengidap virus.

Dicky menyebutkan, jika angka reproduksi lebih tinggi dari satu, maka jumlah kasus meningkat secara signifikan seperti bola salju yang bergulir.

Akan tetapi, jika angkanya lebih rendah, penyakit itu lama-kelamaan akan menghilang karena tidak banyak orang baru yang tertular.

Adapun hal yang memengaruhi angka reproduksi virus, yang kemudian mengubah status pandemi ataupun endemk ada di sistem kesehatan masing-masing negara.

"Tapi di negara-negara yang sistem kesehatannya masih buruk, strategi testing dan testingnya juga masih buruk, ya termasuk Indonesia, justru sangat besar menjadi endemik," kata Dicky.

Baca juga: WHO Ingatkan Covid-19 Bisa Jadi Endemik, Apa Bedanya dengan Pandemi?

Pengendalian endemik

Bagaimana pengendaliannya, bila Covid-19 betul-betul menjadi endemik?

Dikcy mengatakan, prinsip pengendalian atau penanganannya sama, tetapi intensitasnya yang berbeda.

"Pengendalian atau penanganan penyakit tentu prinsipnya sama. Hanya, yang menjadi perbedaan itu di intensitas," kata dia.

Jika sudah tidak lagi dikategorikan sebagai pandemi, penanganan di fasilitas kesehatan akan dilakukan seperti penyakit lain pada umumnya.

Dicky mencontohkan, endemik yang selama ini ada, seperti demam berdarah, malaria, TBC, demam tifoid, dan influenza.

Akan tetapi, penanganan berbeda akan terjadi bila terjadi outbreak atau kasus penularan yang cukup banyak. Dicky menyebutnya sebagai Kasus Luar Biasa (KLB).

"Tapi kalau namanya KLB dia akan banyak di satu RT atau satu RW beberapa keluarga kena. Itu akan penanganannya serius intensitasnya. Lebih ada pertolongan. Bahkan kalau KLB enggak usah bayar dia, si orang sakit ini. Diterapkannya dalam undang-undang wabah itu gitu," kata dia.

Pada intinya, lanjut Dicky, pengendalian endemik lebih ditekankan pada intensitas, dan respons yang lebih komperhensif, dengan diiringi peningkatan sumber daya.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Gejala Neurologis pada Pasien Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com