Warga negara Jepang itu diketahui positif Covid-19 saat meninggalkan Indonesia dan kembali ke Malaysia.
Menurut pasien 01, dia tidak mengenal warga negara Jepang itu. Imajinasi Terawan digugurkan meskipun akibat buruknya tidak bisa dibendung.
Kemungkinan kontak terjadi saat pasien 01 menjadi host di sebuah acara di kawasan Kemang, Jakarta Selatan di mana warga negara Jepang itu hadir. Pasien 02 terpapar pasien 01 karena tinggal serumah sebagai keluarga.
Sejak awal, kepanikan dan ketidaktahuan yang tidak diakui menimbulkan imajinasi macam-macam. Imajinasi yang diklaim sebagai benar memunculkan stigma berkelanjutan. Terawan yang kemudian diganti punya andil di awal-awal.
Soal stigma ini kemudian memunculkan pengalaman tidak menyenangkan dan membekas sampai sekarang yaitu di-bully. Pasien 02 merasakan hal itu.
Hari ini, 2 Maret 2022, setelah setahun berjalan, kita setidaknya banyak belajar.
Dari ketakutan di awal-awal pandemi yang membuat kita melakukan apa saja karena ketidaktahuan, kita belajar banyak hal dan kemudian bertumbuh. Tidak membuat stigma terhadap pasien salah satu yang kita pelajari.
Secara terinci, beberapa peneliti membagi tiga zona tentang bagaimana kita merespons Covid-19 yaitu zona takut, zona belajar dan zona bertumbuh.
Masing-masing orang tidak harus melalui zona takut, zona belajar dan zona bertumbuh. Bisa lompat-lompat tergantung situasi dan kondisi nyata yang dihadapi.
Namun, setahun berjalan, banyak pelajaran dari rasa takut kita yang membuat kita bertumbuh. Respons kita yang lebih terukur dan tepat belakangan ini adalah cerminan bagaimana kita belajar dan bertumbuh.
Betul, kasus positif Covid-19 tidak surut. Setahun berjalan, berdasarkan data 1 Maret 2020, tercatat 1.341.314 pasien terinfeksi di Indonesia. Kabar baiknya, 1.151.915 pasien dinyatakan sembuh.
Kasus aktif di Indonesia saat ini tercatat 153.074 pasien. Sebanyak 36.325 pasien Covid-19 meniggal dunia. Terdapat 73.434 suspect atau istilah baru untuk pasien dalam pengawasan.
Bersamaan dengan pengalaman kita belajar dari rasa takut dan belajar, kita tengah mencoba mengatasi pandemi dengan vaksinasi. Dunia tengah bersama-sama mengejar kecepatan mengatasi pandemi dengan vaksinasi.
Karena keterbatasan jumlah vaksin, secara berutur-turut berdasarkan prioritas beberapa kelompok masyarakat sudah divaksin. Tenaga medis, pelayan masyarakat, pedangan pasar, dan wartawan mulai divaksin.