KOMPAS.com - Rasa takut atau khawatir wajar dimiliki oleh seorang manusia.
Namun, bagaimana jika perasaan itu timbul secara berlebihan dalam waktu yang berkepanjangan?
Ketakutan atau kecemasan seperti itu dikenal sebagai fobia.
Baca juga: Viral, Unggahan Prosesi Ijab Kabul dengan Memakai Jas Hujan karena Takut Corona
Berdasarkan Medical News Today, fobia adalah salah satu jenis gangguan mental. Artinya ini bukan kondisi yang normal dan diperlukan penanganan khusus.
Fobia kebanyakan mulai terdeteksi pada usia kanak-kanak, namun ada juga yang baru mulai terlihat saat remaja atau dewasa awal.
Ada orang yang memiliki fobia terhadap suatu benda, bentuk, tempat, atau situasi tertentu. Misalnya fobia nasi, pola polkadot, ketinggian, dan sebagainya.
Lalu apa yang menyebabkan beragam fobia itu muncul pada seorang manusia?
Mengapa si A memiliki fobia terhadap B, si C memiliki fobia terhadap D, tapi si E bisa tidak memiliki fobia terhadap apa pun?
Baca juga: Jangan Takut Mandi Air Dingin, Bikin Jarang Sakit hingga Redakan Nyeri
1. Pengalaman/peristiwa buruk
Peristiwa buruk atau menyeramkan yang pernah dialami oleh seseorang di suatu waktu bisa jadi menghasilkan fobia pada diri orang tersebut.
Dari pengalaman itu, seseorang mempelajari bahwa ada hal buruk, menakutkan, dan sebagainya yang membuatnya sebisa mungkin tidak ingin menemui pengalaman yang sama di waktu selanjutnya.
Baca juga: Dilema PSK di Tengah Pandemi Corona, antara Takut Tertular dan Kehilangan Pelanggan
2. Hasil belajar atau genetika
Fobia bisa juga berasal dari hasil belajar seorang anak terhadap apa yang dialami oleh orangtua atau orang terdekatnya.
Jika si ibu atau ayah memiliki fobia terhadap kucing, misalnya, bisa jadi sang anak juga memiliki fobia serupa, karena melihat dan mempelajari sikap yang ditunjukkan orangtua mereka.
Namun, dikutip dari Mayo Clinic fobia yang disebabkan oleh orangtua ini juga tidak menutup kemungkinan adanya kesamaan unsur genetika.
Baca juga: Mengenal Rusty-spotted Cat, Kucing Terkecil di Dunia