Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Obat Penggugur Kandungan, Dokter Jelaskan Bahayanya

Kompas.com - 11/02/2021, 12:05 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menunjukkan seorang perempuan dan di akhir video memunculkan salah satu jenis obat kontrasepsi, viral di media sosial Twitter. 

Unggahan itu berasal dari akun TikTok @kenapasayasadgirl yang diposting ulang di twitter oleh akun @ladazaa.

"cantik doang berani ga makan ini?" tulis pengunggah di postingan TikTok. 

Baca juga: Hari Kontrasepsi Sedunia, Mengenal Jenis Kontrasepsi dan Kegunaannya

Kemudian pada 6 detik terakhir, video itu menampilkan kemasan obat kontrasepsi darurat Postinor.

Unggahan ini mendapat tanggapan dari akun Twitter @ansiboi. Ia menjelaskan mengenai bahaya Postinor2 bila dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.

Sampai pada Selasa (9/2/2021) pukul 11.20 unggahan ini disukai lebih dari 24 ribu orang dan 7,9 ribu retweet.

Lantas, apa itu Pestinor 2? Apa bahayanya mengonsumsi obat tersebut?

Obat darurat

Terkait unggahan itu, Kompas.com menghubungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi RS Advent Bandung, DR. dr. Wawang S. Sukarya, Sp.OG (K), MARS, MH.Kes.

Wawang menjelaskan bahwa Pestinor 2 adalah obat kontrasepsi yang sifatnya emergency atau darurat.

Baca juga: 11 Jenis Kontrasepsi Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

 

Efek jangka panjang

Seperti diperuntukkan bagi perempuan yang mengalami hubungan seksual dengan potensi kehamilan di luar rencana, misalnya bagi pasangan yang menggunakan kondom namun kondomnya bocor, atau korban pemerkosaan. 

Karena itu efek dari Postinor 2 sangat kuat.

"Kontrasepsi itu yang bekerja ada namanya turunan progesteron. Salah satu dari progesteron itu LNG atau levonorgestrel, itu efeknya sangat kuat untuk kontrasepsi," terang Wawang, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/2/2021).

Dia juga menyebut, dampak jangka panjang penggunaan obat ini di antaranya siklus haid bisa menjadi kacau.

Baca juga: Sebulan Lepas Alat Kontrasepsi, Zaskia Adya Mecca Hamil Anak Kelima

 

Dosis hormonal yang tinggi dan lebih dari biasanya dalam jangka panjang, juga bisa menjadi racun. Di antaranya dapat berefek pada kematian tidak langsung.

"Misalnya kemungkinan kena kanker leher rahim, penyakit jantung, stroke dan lain-lain yang meningkat," kata Wawang.

Sementara untuk penggunaan kontrasepsi, obat biasanya hanya dikonsumsi dengan dosis 0,75 mg. Namun untuk Pesitinor 2, konsumsinya 2 tablet sekaligus untuk mencegah kehamilan

"Kalau dijadikan misalnya penguguran, itu hanya bisa dalam kontrasepsi emergency. Tapi itu harus diminum 12 sampai 72 jam setelah berhubungan," kata Wawang.

Baca juga: Sulit Akses Kontrasepsi di Masa Pandemi, Ini Solusi Mencegah Kehamilan

Tidak dianjurkan

Wawang juga menegaskan bahwa Pestinor 2 memiliki dosis tinggi sehingga tidak boleh dikonsumsi secara rutin.

"Tidak boleh, jadi hanya dikonsumsi sekali-sekali saja. Harusnya kan 0,75 mg kalau ini dua tablet sekaligus jadi 1,5 mg. Tinggi sekali," katanya.

Adapun efek yang ditimbulkan jangka pendek dari mengkonsumsi Pestinor 2, yaitu mual, muntah, pusing, serta sakit buah dada.

Baca juga: Kenali Kelebihan dan Kekurangan Kontrasepsi Spiral

 

Untuk obat dengan sifat emergency semacam ini perlu resep dan pengawasan dokter. Wawang sangat tidak menganjurkan konsumsi rutin Pestinor. 

"Harus ada pengawasan, nanti kalau terjadi apa-apa gimana. Sangat tidak dianjurkan untuk KB emergency dikonsumsi rutin," ujar Wawang.

Cara kerja

Wawang menjelaskan obat Pestinor 2 bekerja dalam 3 tahap, meliputi:

  1. Lendir dari leher rahim mengental sehingga tidak dapat ditembus sperma.
  2. Saat ovulasi, indung telur seharusnya mengeluarkan sel. Obat tersebut menghambat, sehingga sisa telur tidak dapat keluar.
  3. Pergerakan saluran telurn juga dihambat. Dinding rahim jadi menipis sehingga tidak dapat terjadi pembuahan.

Baca juga: Benarkah Pakai Kontrasepsi Mengganggu Produksi ASI?

Wawang menyarankan, bila ingin mencegah kehamilan sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi reguler yang relatif lebih aman.

Adapun pilihan kontrasepsi ada berbagai macam sesuai kebutuhan. Jenis kontrasepsi hormonal, meliputi:

  • Pil KB kombinasi yang memiliki kandungan progestin dan estrogen dapat membantu wanita menahan ovarium agar tidak memproduksi sel telur
  • Suntik KB. Suntik KB termasuk kontrasepsi yang cukup diminati banyak wanita
  • Susuk KB atau implan
  • Intra uterine system (IUS)

Jenis kontrasepsi non-hormonal, yaitu:

  • Kondom
  • Intra uterine device (IUD)
  • Tubektomi atau vasektomi
  • Metode sederhana atau vaginal

"Jadi yang reguler lebih baik. Minum pil, kalau tidak cocok pasang implan kalau orangnya pelupa. Kalau minum pil harus inget terus kira-kira jamnya sama," kata Wawang.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Alat Kontrasepsi, Sempat Dianggap Tabu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Tren
Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Tren
Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
Dokter Ingatkan Kerokan pada Anak Bisa Berbahaya, Begini Alternatif Amannya

Dokter Ingatkan Kerokan pada Anak Bisa Berbahaya, Begini Alternatif Amannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com