Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

Sensus Penduduk dan Keterampilan SDM Indonesia

Kompas.com - 06/02/2021, 17:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BADAN Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan hasil sensus penduduk 2020. Total ada dua ratus tujuh puluh juta dua ratus ribu penduduk Indonesia.

Generasi alfa - lazim disebut generasi Z - yang lahir pada1997 - 2012 menjadi penghuni paling banyak di republik dengan porsi 27,94 persen. Diikuti oleh generasi milenial kelahiran tahun 1981 - 1996 berjumlah 25,87 persen.

Pada urutan ketiga adalah generasi X yang lahir tahun 1965 - 1980, pada angka 21,88 persen. Baby boomer lahir antara 1946 - 1964 dengan jumlah 11,56 persen berada pada urutan keempat.

Disusul pada posisi kelima paska-generasi Z dengan anggotanya 10,88 persen. Posisi paling buncit diraih oleh generasi sebelum Indonesia merdeka, ada 1,87 persen.

Komposisi penduduk berdasar pada generasi ini menjadi menarik. Usia kerja (produktif) yang dihuni oleh generasi X, sebagian baby boomer dan sebagian besar generasi milenial berjumlah mayoritas.

Sensus 2020 ini menjadi babak awal bernama bonus demografi, yaitu jumlah usia produktif melampaui usia non produktif. Bonus demografi terjadi apabila penduduk berumur produktif memiliki keterampilan yang dikehendaki oleh zamannya.

Berubah menjadi petaka demografi manakala penduduk berumur produktif justru tidak produktif karena tidak memiliki keterampilan. Pun bila lowong keterampilan dasar yang menjadikan mereka, minimal untuk dapat menghidupi dirinya sendiri.

Keterampilan sesudah pandemi

Konsultan ternama, McKinsey Global Institute merilis hasil penelitian menyoal keterampilan yang diperlukan hingga 2030. Rilis dikeluarkan sebelum pandemi, tepatnya pada 23 Mei 2018.

Ada lima jenis keterampilan yang diteliti, yaitu: fisik dan manual, kognitif dasar, kognitif lanjut (tingkat tinggi), sosial dan emosional, serta teknologi. Penelitian membandingkan kebutuhan kelima keterampilan tersebut pada 2002 hingga 2016 dan 2016 hingga 2030. Akibat pandemi diperkirakan terjadi percepatan perpindahan keterampilan, maju lima tahun.

Keterampilan fisik dan manual, selaras dengan namanya fokus pada kemampuan motorik yang menuntut stamina, kekuatan dan kinerja fisik lainnya. Pada 2002 keterampilan fisik dan manual berada pada angka 33 persen jam kerja pada rata-rata jenis pekerjaan. Turun menjadi 31 persen pada 2016 dan turun lagi jadi 26 persen di 2030.

Dari 2016 sampai 2030 keterampilan fisik dan manual mengalami penurunan sebanyak 11 persen dari total jam kerja.

Keterampilan kognitif dasar juga mengalami penurunan fungsi. Keterampilan ini bermain pada kemampuan dalam melakukan konstruksi proses berpikir, kreativitas, termasuk pemecahanan masalah dan pengambilan keputusan yang sifatnya masih dasar dan sederhana.

Pada 2002 keterampilan kognitif dasar mengambil porsi 20 persen pada total jam kerja, turun ke 18 persen di 2016 dan menjadi 15 persen pada 2030. Dari 2016 ke 2030 terjadi penurunan 14 persen dari jam kerja.

Keterampilan kognitif lanjut (tingkat tinggi) bisa dikatakan stabil. Pada 2002 mengambil porsi 21 persen jam kerja, Pada 2016 dan 2030 menjadi 22 persen.

Menarik ketika zaman serba digital dan hampir semua ranah kehidupan terhubung dalam jejaring internet, justru keterampilan sosial dan emosional mengalami kenaikan cukup signifikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com