Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapat dengan Luhut, Apa Masukan yang Diberikan Para Epidemiolog?

Kompas.com - 04/02/2021, 16:43 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Luhut Binsar Pandjaitan menggelar rapat online bersama sejumlah epidemiolog, Kamis (4/2/2021).

Salah satu epidemiolog yang ikut serta dalam rapat tersebut adalah Pandu Riono, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI).

Dalam twit-nya, Pandu menuliskan, akhirnya diajak rapat untuk pertama kali oleh pemerintah untuk membahas pandemi Covid-19 di Indonesia.

Saat dikonfirmasi, Pandu mengaku senang telah diundang dan memberikan sejumlah pandangannya kepada pemerintah.

"Saya senang sekali adanya pertemuan ini. Ya pokoknya kalau saya itu memberi kritikan dan masukan, jadi satu lah," ujar Pandu kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (4/2/2021).

Baca juga: Varian Baru Corona Sampai ke Negara Tetangga, Bagaimana di Indonesia?

Peran masyarakat dalam penanganan pandemi

Warga melintas di depan mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di Petamburan, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Mural tersebut dibuat untuk mengingatkan masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas karena masih tingginya angka kasus COVID-19 secara nasional. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.ANTARA FOTO/Aprillio Akbar Warga melintas di depan mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di Petamburan, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Mural tersebut dibuat untuk mengingatkan masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas karena masih tingginya angka kasus COVID-19 secara nasional. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Pandu mengatakan, salah satu hal terpenting yang perlu dilakukan pemerintah adalah menempatkan masyarakat sebagai subjek penanganan pandemi.

Masyarakat, kata Pandu, adalah garda terdepan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

"Bukannya dokter atau pemerintah. Jadi kalau ada masyarakat yang kurang disiplin dan sebagainya itu bukan salahnya masyarakat. Karena selama ini masyarakat tidak pernah diajak sebagai subjek. Masyarakat yang ada di akar rumput itu mereka harus diajak," kata Pandu.

Ia juga menekankan, pergerakan masyarakat harus diperketat. 

"Ya harus diketatkan gitu loh. Selama ini kan pemerintah akhirnya mengakui kalau liburan itu berdampak pada peningkatan kasus," jelas Pandu.

"Padahal, sejak libur Lebaran tahun lalu, kami sudah minta supaya mudik dilarang, ya memang dilarang tetapi tidak diimplementasikan dengan baik. Gambaran kasusnya ya sekarang ini, akumulatif sehingga tidak terkendali," lanjut dia.

Hal lainnya yang perlu diperhatikan pemerintah adalah membangun sistem surveilans yang kewenangannya di bawah kendali Kementerian Kesehatan.

Adapun surveilans itu di antaranya, yakni testing, lacak, dan isolasi yang harus dilakukan secara optimal.

"Selama ini kan tidak diterapkan secara optimal. Mungkin saja menteri sebelumnya tidak kompeten, saya bilang gitu. Nah sekarang kita harus membangun sistem, sistem surveilans yang baik," kata Pandu.

Baca juga: Soal Program Jateng di Rumah Saja, Ini Tanggapan Epidemiolog...

Sejumlah masukan

Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University, Australia, juga turut hadir dalam pertemuan virtual dengan Luhut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Tren
Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

Tren
Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com