KOMPAS.com - Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi bersama sejumlah tokoh senior Partai National League for Democracy (NLD) ditangkap dalam sebuah penggerebekan, Senin (1/2/2021).
Kudeta militer ini terjadi setelah meningkatnya ketegangan antara pemerintahan sipil dengan pihak militer dalam beberapa hari terakhir.
Pihak militer Myanmar pun mengumumkan keadaan darurat selama satu tahun untuk menjaga stabilitas negara. Selain itu, mereka juga menunjuk seorang jenderal sebagai pelaksana tugas Presiden Myanmar.
Baca juga: Aung San Suu Kyi Ditahan, Ini Timeline Peristiwa Penting di Myanmar
Lantas, apa itu kudeta militer?
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, kudeta adalah perebutan kekuasaan (pemerintahan) dengan paksa.
Kemudian, dikutip dari Britannica, kudeta adalah penggulingan secara tiba-tiba dan kejam terhadap pemerintah oleh kalangan kelompok kecil.
Prasyarat utama kudeta adalah memegang kendali atas semua atau sebagian angkatan bersenjata, polisi dan elemen militer lainnya.
Berbeda halnya dengan revolusi yang dibiasanya dicapai oleh sejumlah massa dalam jumlah besar dengan tujuan perubahan sosial, ekonomi dan politik.
Intinya, kudeta merupakan pergantian kekuasaan dari atas yang hanya menghasilkan pergantian tiba-tiba pejabat pemerintah.
Baca juga: Kudeta Myanmar, Militer Patroli di Jalan dan Terapkan Jam Malam
Kudeta jarang mengubah kebijakan sosial dan ekonomi fundamental suatu negara, juga tidak secara signifikan mendistribusikan kembali kekuasaan di antara kelompok politik yang bersaing.
Di antara kudeta modern paling awal adalah kudeta di mana Napoleon menggulingkan Direktori pada 9 November 1799, dan di mana Louis Napoleon membubarkan majelis Republik Kedua Prancis pada 1851.
Kudeta militer adalah kejadian biasa di berbagai negara Amerika Latin di Abad ke-19 dan ke-20 dan di Afrika setelah negara-negara di sana memperoleh kemerdekaan pada 1960-an.
Baca juga: Aung San Suu Kyi, Pemimpin De Facto yang Ditangkap Militer Myanmar
Sementara itu, awal permasalahan ketegangan di Myanmar bermula dari Pemilu November 2020, pemilu demokratis kedua sejak negara itu keluar dari pemerintahan militer pada 2011.
Pihak militer menuduh adanya kecurangan dalam proses pemungutan suara, sehingga perolehan suara partai NLD jauh lebih besar dari yang diperkirakan banyak orang.
Sebelumnya pekan lalu, seorang juru bicara militer mengatakan, tak akan menutup kemungkinan adanya kudeta jika tuduhan itu tidak diselidiki dengan baik.
Pada Senin (1/2/2021), mereka kemudian bergerak untuk menindaklanjuti klaim itu dan menegaskan kembali otoritasnya dengan penangkapan sejumlah pemimpin partai politik karena dianggap gagal mengambil tindakan.
Komisi pemilihan Myanmar sebelumnya telah menolak tuduhan manipulasi pemilih.
Mereka menyebut, kesalahan seperti nama yang digandakan pada daftar pemilih, tak cukup untuk memengaruhi hasil pemungutan suara.
Baca juga: Kudeta Militer Myanmar, Aung San Suu Kyi Ditangkap, Apa Penyebanya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.