Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson Umumkan Angka Efikasi

Kompas.com - 30/01/2021, 16:33 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Johnson & Johnson akhirnya mengumumkan efikasinya pada Jumat (29/1/2021), menyusul vaksin Covid-19 lainnya.

Diberitakan Reuters, Sabtu (30/1/2021), Johnson & Johnson mengklaim 66 persen efektif dalam mencegah Covid-19 dalam dosis tunggal.

Uji coba dilakukan terhadap hampir 44.000 sukarelawan. Tingkat perlindungan terhadap Covid-19 sedang dan parah bervariasi, dari 72 persen di Amerika Serikat, 66 persen di Amerika Latin, dan 57 persen di Afrika Selatan.

Vaksin tersebut 85 persen efektif dalam menghentikan penyakit parah serta dapat mencegah rawat inap di semua wilayah dan terhadap berbagai varian virus 28 hari setelah vaksinasi.

Data menunjukkan, efek vaksin pada varian virus corona baru Afrika Selatan berkurang dibandingkan dengan virus aslinya.

Ahli penyakit menular dan kesehatan masyarakat mengatakan, vaksin itu masih dapat membantu menahan penyebaran virus dan mencegah kematian.

Baca juga: Johnson & Johnson Memulai Uji Coba Tahap Akhir Vaksin Covid-19

Tujuan utama Johnson & Johnson adalah pencegahan Covid-19 sedang hingga parah.

"Itu berpotensi melindungi ratusan juta orang dari hasil serius dan fatal Covid-19," kata Kepala Petugas Ilmiah Johnson & Johnson, Paul Stoffels. 

Johnson & Johnson berencana untuk meminta izin penggunaan darurat dari BPOM (Food and Drug Administration) AS pada pekan depan dan akan segera menindaklanjuti dengan Uni Eropa dan seluruh dunia.

Selain itu, J & J berencana memberikan 1 miliar dosis vaksin, yang akan dibuat di Amerika Serikat, Eropa, Afrika Selatan, dan India pada 2021.

Pejabat kesehatan masyarakat mengandalkan vaksin ini untuk meningkatkan pasokan yang sangat dibutuhkan dan menyederhanakan imunisasi di Amerika Serikat.

AS diketahui memiliki kesepakatan untuk membeli 100 juta dosis vaksin Johnson & Johnson dan opsi untuk tambahan 200 juta.

Johnson & Johnson mengatakan, vaksin akan siap segera setelah persetujuan darurat, tetapi Stoffels menolak untuk mengatakan berapa dosisnya.

Vaksin Johnson & Johnson menggunakan virus flu biasa yang dikenal sebagai adenovirus, untuk memasukkan protein virus corona ke dalam sel dan memicu respons imun.

Sedangkan vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna menggunakan teknologi baru yang disebut messenger RNA.

Vaksin Johnson & Johnson tidak memerlukan suntikan kedua dan tidak perlu disimpan dalam keadaan beku.

Oleh karena itu, vaksin ini menjadi kandidat kuat untuk digunakan di belahan dunia di mana masalah transportasi dan penyimpanan vaksin menjadi kendala.

Melansir CNN, Sabtu (30/1/2021), dengan pengumuman tersebut, vaksin Johnson & Johnson membuat perbedaan yang mencolok dari vaksin Pfizer/BioNTech.

Baca juga: Sempat Dihentikan, AstraZeneca dan Johnson & Johnson Lanjutkan Uji Coba Vaksin Covid-19 di AS

Hal itu terkait efikasi vaksin melawan penyakit sedang hingga parah di AS yakni sebanyak 72 persen.

Meski vaksin lain yang sudah beredar di pasaran AS memiliki efikasi sekitar 95 persen, tapi menurut para ahli, vaksin Johnson & Johnson masih berguna.

"Jika Anda dapat mencegah penyakit parah pada sebagian besar individu, itu akan mengurangi begitu banyak stres dan penderitaan serta kematian manusia," kata Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Fauci.

Dia mengatakan, di semua wilayah untuk semua varian, perlindungan vaksin itu 85 persen. Tren itu meningkat dari waktu ke waktu dengan tidak ada kasus parah pada kelompok yang divaksinasi setelah hari ke-49.

Sejak satu bulan setelah suntikan, semua kasus rawat inap dan kematian terjadi di kelompok plasebo.

Adapun yang terinfeksi Covid-19 dari 44.000 peserta di 8 negara adalah 468 orang, terbagi antara mereka yang menerima vaksin dan plasebo.

Akan tetapi, hasilnya belum dipublikasikan dalam jurnal peer review. Perusahaan berencana mempublikasikannya dalam beberapa minggu mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com