Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kasus Covid-19 di Indonesia Bisa Tembus 1 Juta? Ini Kata Epidemiolog

Kompas.com - 27/01/2021, 14:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia saat ini mencatatkan kasus infeksi Covid-19 melewati angka 1 juta kasus, tepatnya 1.012.350. 

Dengan jumlah tersebut, Indonesia melewati Belanda yang sebelumnya berada di peringkat ke-19 dunia menurut Worldometers. 

Setelah hampir satu tahun pandemi, Pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi pandemi.

Di antaranya melakukan pembatasan melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah. 

Namun mengapa kasus penularan masih sulit dikendalikan? 

Baca juga: Tembus Lebih dari 1 Juta Kasus Covid-19, Indonesia Masuk 20 Besar di Dunia?

Lockdown tidak sesuai

Epidemolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, salah satu alasan pembatasan sosial yang dilakukan Indonesia kurang optimal adalah karena menurutnya tidak sesuai dengan regulasi. 

Termasuk seperti PSBB yang dilakukan di Jakarta pada Maret tahun 2020 lalu. 

"PSBB yang sesuai regulasi itu kan lockdown-nya Indonesia, tapi belum dilakukan. Walau pun di awal (pandemi) Maret di Jakarta, (PSBB) ketat sekali pun, itu bukan PSBB yang sesuai regulasi," kata Dicky kepada Kompas.com (27/1/2021). 

Baca juga: Kasus Covid-19 Tembus 1 Juta, Guru Besar UI Duga Varian Baru Sudah Masuk

Meski PSBB atau lockdown dalam penanganan pandemi hanya sebagai salah satu opsi, namun Dicky menyebut Indonesia memang tidak akan mampu secara ekonomi.

Sebab lockdown mensyaratkan masyarakat tidak banyak melakukan mobilitas, sementara negara wajib menjamin dan mencukupi kebutuhan seperti yang dilakukan sejumlah negara seperti China di Wuhan. 

"Saya ingatkan di awal pandemi, belajar dari pengendalian pandemi lainnya di Indonesia, saya terlibat di situ, saya ingatkan bahwa Indonesia itu enggak akan kuat kalau sampai harus lockdown," ujar Dicky.

"Kecuali memang tidak ada pilihan lain, seperti saat ini sepertinya mengarah ke arah itu," lanjutnya.

Deteksi kasus

Apabila opsi lockdown saat itu tidak mungkin dilakukan, maka salah satu cara yang bisa dilakukan menurut Dicky adalah memperkuat upaya deteksi dini kasus di masyarakat, sejak awal, bahkan sejak kasus belum ditemukan.

"Yang bisa kita lakukan itu deteksi dini kasus infeksi secara aktif, masif. Deteksi itu enggak mesti testing, bisa juga screening, ada klinik demam. Yang penting ketemu dugaan, suspek, probable, mau apa pun istilahnya itu langsung isolasi atau karantina 2 minggu," papar Dicky.

Jika ini dilakukan sejak awal, dia menilai Indonesia bisa mencegah kemungkinan pandemi membesar di kemudian hari seperti yang saat ini terjadi.

Baca juga: Jokowi Targetkan Vaksinasi Covid-19 Capai 1 Juta Orang dalam Sehari

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com