TEKNOLOGI telekomunikasi memungkinkan perbincangan soal vaksin bersama Prof DR Chairul Nidom Anwar sebagai guru besar Biokimia dan Bioterorisme peneliti virus flu di Universitas Airlangga secara tidak melanggar protokol kesehatan masa pabebluk Corona.
Prof Nidom juga adalah Ketua Tim Riset Virus Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF).
Baca: Mutasi Virus Corona yang Lebih Menular Ada di Indonesia, Ini Kata Ahli
Baca juga: Keadilan dan Keamanan Vaksin untuk Seluruh Rakyat Indonesia
Jaya Suprana (JS): Profesor Nidom yang terhormat, apakah benar bahwa vaksin anti Corona mengandung virus yang dilemahkan demi meningkatkan daya imun tubuh manusia terhadap virus Corona?
Prof Nidom (PN): Sebenarnya bukan dilemahkan alias attenuated tetapi diinaktifkan alias inactivated. Perbedaan antara keduanya adalah 1) Attenuated: suatu virus patogen dipasase berulang kali sampai virus tersebut non patogen. 2) Inactivated: virus diberi formalin atau bahan kimia lain sampai tidak aktif lagi tetapi komposisi protein virus tidak rusak
JS: Berarti manusia yang divaksin apalagi dengan vaksin yang belum terbukti manjur tetap bisa terpapar virus Corona?
PN: Betul, Pak Jaya. Vaksin bukan segalanya apalagi untuk virus corona. Sampai saat ini belum ada intervensi dengan vaksin untuk penyakit yang disebabkan oleh virus Corona, kecuali pada penyakit ayam yang disebut Infectious bronchitis. Tetapi vaksin ayam tesebut malah menyebabkan timbul varian baru bahkan dampak kematian. Namun akibat ada aspek pertimbangan ekonomis, maka vaksinasi tetap dilaksanakan.
JS: Berarti vaksin lebih merupakan unsur bisnis ketimbang unsur kesehatan?
PN: Untuk vaksin secara umum mau pun khususnya untuk Covid ini memang betul begitu itu.
JS: Apakah sudah ada vaksin Covid-19 yang 100 persen sempurna dijamin manjur mengingat virus mampu memutankan diri sehingga kebal vaksin buatan manusia yang pada hakikatnya mustahil sempurna?
PN: Belum ada dan belum ada success story suatu pandemi bisa selesai karena intervensi vaksin. Vaksin hanya bertujuan utama menekan angka kesakitan dan kematian. Sebagai contoh vaksin flu yang setiap tahun diperbaiki bibit vaksinnya dengan disesuaikan dengan daya tahan mutan virus yang terjadi.
JS: Terima kasih Prof Nidom atas pencerahan tentang vaksin anti Corona.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan