Hanya saja, mereka mulai memikirkan untuk membuat bangunan yang dirancang khusus agar tahan terhadap guncangan gempa besar dan masyarakatnya terlindungi.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gayus Tambunan Divonis 7 Tahun Penjara
Sesaat setelah gempa besar itu terjadi, Presiden Cile ketika itu, Pedro Aguirre Cerda langsung mengumumkan kondisi darurat militer.
Melihat segala kekacauan yang terjadi, tentara ditugaskan untuk berpatroli di jalan-jalan yang rusak.
Palang Merah memberi respons cepat dan membantu para korban. Untungnya, saat itu musim dingin yang tengah berlangsung tidak terlalu dingin dan hanya sejuk saja sehingga memudahkan pengiriman bantuan dan persediaan bahan makan serta obat-obatan.
Cile memiliki riwayat gempa besar mematikan sebelumnya. Pada 1906, Cile pernah dilanda gempa yang menewaskan 6.000 orang.
Hampir seluruh bagian negara ini memang terletak di atas garis patahan geologi.
Kondisi itu membuat sejumlah ahli meyakini gempa akan terjadi di Cile setidaknya setiap 3 tahun.
Sebelum gempa besar mengguncang, biasanya akan diawali dengan serangkaian gempa awal dengan kekuatan lebih rendah.
Gempa-gempa awal ini kemudian dijadikan peringatan alami oleh masyarakat akan adanya bahaya gempa bumi yang lebih besar di waktu yang akan datang.
Akan tetapi, rangkaian gempa yang dijadikan alarm warga ini tidak terjadi ketika gempa 1939, sehingga banyaknya korban tak bisa terhindarkan.
Para ahli masih belum mengetahui secara pasti mengapa pola yang sama tidak terulang pada gempa Cile 1939.
Ada satu teori yang menyebut adanya perubahan cepat tekanan barometrik pada saat itu gpola gempa yang biasanya terjadi.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa M 6,9 Guncang Kobe, 6.434 Orang Meninggal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.