Pemerhati sekaligus praktisi pasar saham Desmond Wira menjelaskan, bahwa jika membeli saham menggunakan utang artinya orang tersebut membeli saham melebihi kemampuan.
"Itu sama saja kita menggunakan leverage (efek pengungkit). Artinya jika profit bisa besar sekali, tetapi jika rugi juga bisa besar sekali. Jika pasar saham kemudian koreksi, akibatnya makin hancur," ujar Desmond saat dihubungi oleh Kompas.com, Selasa (19/1/2021).
Menurut Desmond, apabila investor menggunakan utang juga berdampak merusak psikologi investor tersebut.
Jika hal itu terjadi, biasanya investor menjadi mudah panik, stres. Investor juga cenderung mengambil keputusan meski dalam kondisi emosional dan merugikan.
"Investor cenderung agresif, karena harus profit kan? Utang harus dibayar belum termasuk bunganya," lanjut dia.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Bayangi IHSG Awal Pekan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
Ia menambahkan, sebaiknya jika seseorang ingin memulai saham, maka dapat dengan mencicil dengan konsep Dollar Cost Averaging (DCS), yang bermanfaat dalam konteks uang panas.
"Beli sesuai kemampuan, kalau ada uang baru beli. Tidak memaksakan diri. Lebih safe karena artinya beli pakai uang dingin," imbuhnya.
Selain itu, Desmond menjelaskan bahwa seseorang yang cukup aman untuk membeli saham yakni mereka yang memiliki rencana investasi terlebih dahulu.
Dengan begitu, investor mengetahui profil risikonya, memahami kemampuan finansialnya, dan mengetahui tujuan investasinya apa dan lainnya.
Sehingga nanti mengetahui saham seperti apa yang dibeli dan sebagainya.
"Ini aman dalam arti sesuai dengan kebutuhan investasinya. Kalau aman dari kerugian ya tidak mungkin, itu risiko pasar," ujar Desmond.
Ia juga mengingatkan bahwa investor harus memiliki kesiapan dengan segala risiko, karena pasar saham tidak selalu mengalami kenaikan secara berkala.
Baca juga: Grab Dikabarkan Melantai di Bursa Saham Tahun Ini