Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Antemortem, Postmortem, dan Kerja Forensik dalam Proses Identifikasi Jenazah?

Kompas.com - 11/01/2021, 14:52 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Terus misalnya kita minta fotokopi KTP korban. Karena di fotokopi KTP ada tanggal lahir, jadi kita tahu rentang usianya, terus ada golongan darah," kata Ade.

"Termasuk juga misalnya, foto saat dia sebelum berangkat. Orang ini misalnya lagi pakai earphone, pakai baju warna coklat, dengan motif apa, itu kan akan lebih melengkapi," lanjut dia.

Selain itu, pada saat antemortem, tim forensik juga bisa meminta contoh sidik jari korban, yang salah satunya bisa dilihat di KTP atau ijazah.

Mengenai profil DNA, Ade mengatakan, bisa diambil dari keluarga atau properti pribadi. Misalnya dari profil DNA ayah atau ibu korban, jika tidak ada bisa juga diambil dari profil DNA saudara kandungnya.

"Karena profil DNA anak itu, pasti 50 persen dari bapaknya, 50 persen dari ibunya, atau mixing dari keduanya itu. Jadi match antara jenazah yang kita periksa dengan itu," kata Ade.

Ade mengatakan, seumpama jenazah yang ditemukan tidak dalam kondisi utuh, hal tersebut tidak menjadi masalah karena bagian tubuh apa pun yang ditemukan masih mengandung DNA, sehingga masih bisa dijadikan sebagai penanda identifikasi primer untuk mengidentifikasi korban.

Fase rekonsiliasi

Ade mengatakan, data antemortem yang lengkap, serta data dari lokasi penemuan jenazah, dan data postmortem yang komplet akan memudahkan tim forensik melakukan fase keempat, yaitu fase rekonsiliasi.

"Fase rekonsiliasi itu fase matching tadi. Antara data fase 1, fase 2, dengan fase 3 tadi. Jadi kita matching-kan," kata Ade.

Ade mengatakan, proses identifikasi jenazah dalam kasus jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ini relatif lebih mudah.

Sebab, kasus tersebut termasuk dalam kasus bencana tertutup (closed disaster), berbeda dengan kasus bencana terbuka (open disaster), seperti peristiwa gempa bumi di Palu beberapa waktu lalu.

"Closed disaster, karena orang-orangnya, manifesnya ya itu-itu saja. Kalau gempa bumi seperti waktu itu di Palu, itu open disaster, enggak tahu siapa yang meninggal atau bagaimana," kata Ade.

"Namun, lokasinya (jatuhnya Sriwijaya Air) yang memang terbuka, luas, sehingga memang pencarian jenazahnya itu akan menyulitkan," lanjut dia.

Ade mengatakan, proses identifikasi jenazah dalam kasus bencana massal membutuhkan data selengkap mungkin.

Karena jenazah yang ditemukan tidak selalu dalam kondisi utuh, sehingga kelengkapan data akan sangat membantu proses identifikasi.

"Imbauan saya, kepada seluruh anggota keluarga yang merasa kehilangan keluarganya, menjadi korban dari musibah ini, penanda identifikasi itu kan dua, primer dan sekunder. Sekunder pun tapi bila itu yang sangat spesifik, itu sangat membantu," kata Ade.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Fakta Mengenai Black Box

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Tren
Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Tren
Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
Dokter Ingatkan Kerokan pada Anak Bisa Berbahaya, Begini Alternatif Amannya

Dokter Ingatkan Kerokan pada Anak Bisa Berbahaya, Begini Alternatif Amannya

Tren
11 Buah dan Sayuran Berikut Bisa Memperpanjang Umur, Termasuk Alpukat

11 Buah dan Sayuran Berikut Bisa Memperpanjang Umur, Termasuk Alpukat

Tren
Situs Batu Naga

Situs Batu Naga

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 25-26 April 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 25-26 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Profil Mooryati Soedibyo, Praktisi Soroti Lowker untuk Lansia

[POPULER TREN] Profil Mooryati Soedibyo, Praktisi Soroti Lowker untuk Lansia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com