Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Jamu Indonesia dan Pagebluk Corona, Terima Kasih Kemenkes

Kompas.com - 11/01/2021, 08:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada masa awal angkara murka pagebluk Corona mulai merambah persada Nusantara, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral (Dirjen) Pelayanan Kesehatan (Yankes) langsung sigap memaklumatkan Surat Edaran nomor: HK.02.02/IV.2243/2020 tentang pemanfaatan obat tradisional Indonesia untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan

Surat edaran

Di dalam Surat Edaran ditegaskan bahwa pelayanan kesehatan tradisional Indonesia merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam upaya kesehatan berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan formularium ramuan obat tradisional Indonesia (FROTI) melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/187/2017, yang penyusunannya dilakukan berdasarkan gangguan kesehatan yang umumnya ditemukan di masyarakat.

Penggunaan ramuan dalam FROTI ini diarahkan untuk memelihara kesehatan dan membantu mengurangi keluhan yang diderita manusia.

Surat Edaran Dirjen Yankes dimaksudkan untuk memperjelas penggunaan ramuan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan termasuk pada masa kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau bencana nasional Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), dan meningkatkan dukungan dan kerja sama lintas sektor dan pemerintah daerah, khususnya dalam pemberian informasi kepada masyarakat terkait pemanfaatan tanaman obat berupa obat tradisional Indonesia.

Kemudian Dirjen Yanmed (Pelayanan Medik) menampilkan beberapa bahan dasar ramuan jamu yang secara empiris khasiatnya sudah terbuktikan sejak jaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit jauh sebelum obat farmasi dan para dokter diperkenalkan oleh kaum penjajah ke persada Nusantara.

Mahakarya kebudayaan

Sebagai sorang insan warga Indonesia yang cinta warisan kebudayaan bangsa Indonesia termasuk mahakarya kebudayaan pelayanan kesehatan tradisional bangsa Indonesia sendiri, saya sangat berterima kasih kepada Kemenkes Republik Indonesia yang telah memaklumatkan surat edaran yang disebar-luaskan kepada seluruh kepala daerah di persada Nusantara.

Surat edaran tersebut seirama-senada selaras dengan penegasan WHO tentang peran obat tradisional sebagai sarana pelayanan kesehatan setara dengan pelayanan kesehatan farmasi dan kedokteran bagi seluruh umat manusia di planet bumi ini.

Kemenkes RI dan WHO sepakat dalam tidak membenturkan obat farmasi dengan jamu mau pun penyehat tradisional dengan dokter namun justru menyetarakan pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan yang disebut “modern” agar secara terpadu bergotong-royong mempersembahkan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat dunia.

UNESCO

Insya Allah, Gabungan Pengusaha Jamu yang bersama Kemendikbud khususnya Dirjen Kebudayaan sedang gigih berjuang menominasikan jamu ke UNESCO sebagai warisan mahakarya kebudayaan bangsa Indonesia seperti keris, batik, angklung, candi, pantun, wayang dan lain-lain, berkenan menerjemahkan Surat Edaran Kemenkes/ Dirjen Yankes nomor HK.02.02/IV.2243/2020 ke dalam bahasa Inggris untuk melengkapi dokumen-dokumen pendukung nominasi jamu ke UNESCO.

Dan tentu saja, sebagai seorang insan warga Indonesia yang bangga dan cinta mahakarya kebudayaan bangsa Indonesia, dari lubuk sanubari terdalam saya mengucapkan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang telah berkenan menyetarakan jamu dengan obat farmasi sebagai sarana pelayanan kesehatan Indonesia termasuk pada saat bangsa Indonesia bersatupadu melawan angkara murka Corona. Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menanti Tol Solo-Yogyakarta, Penghubung Dua Kota Mataram, Dukung Perekonomian Lokal

Menanti Tol Solo-Yogyakarta, Penghubung Dua Kota Mataram, Dukung Perekonomian Lokal

Tren
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh April 2024 dan Keutamaannya

Jadwal Puasa Ayyamul Bidh April 2024 dan Keutamaannya

Tren
Penelitian Mengungkap Anggapan Masyarakat Mesir Kuno tentang Galaksi Bima Sakti

Penelitian Mengungkap Anggapan Masyarakat Mesir Kuno tentang Galaksi Bima Sakti

Tren
Manfaat Kelapa Bakar, Apa Bedanya dengan Diminum Langsung?

Manfaat Kelapa Bakar, Apa Bedanya dengan Diminum Langsung?

Tren
Catat, Ini 10 Ponsel Pintar dengan Radiasi Tertinggi

Catat, Ini 10 Ponsel Pintar dengan Radiasi Tertinggi

Tren
Pedagang Taoge di Garut Disebut Jadi Tersangka Usai Membela Diri dan Lawan Preman, Ini Faktanya

Pedagang Taoge di Garut Disebut Jadi Tersangka Usai Membela Diri dan Lawan Preman, Ini Faktanya

Tren
Daftar 60 Universitas Terbaik di Indonesia Versi SIR 2024, Ada Kampusmu?

Daftar 60 Universitas Terbaik di Indonesia Versi SIR 2024, Ada Kampusmu?

Tren
Remaja Siksa Anjing hingga Mati di Jember, Polisi: Masih dalam Proses Penyelidikan

Remaja Siksa Anjing hingga Mati di Jember, Polisi: Masih dalam Proses Penyelidikan

Tren
Daftar Ikan yang Boleh Dimakan Penderita Asam Urat dan Kolesterol, Apa Saja?

Daftar Ikan yang Boleh Dimakan Penderita Asam Urat dan Kolesterol, Apa Saja?

Tren
Gunung Vesuvius yang Lenyapkan Kota Kuno Pompeii Berpotensi Meletus Lagi, Kapan Terjadi?

Gunung Vesuvius yang Lenyapkan Kota Kuno Pompeii Berpotensi Meletus Lagi, Kapan Terjadi?

Tren
Pemimpin Dunia Minta Israel Tak Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Pemimpin Dunia Minta Israel Tak Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Tren
Mengenal 'Holiday Paradox', Saat Waktu Liburan Terasa Lebih Singkat

Mengenal "Holiday Paradox", Saat Waktu Liburan Terasa Lebih Singkat

Tren
Mengenal Amicus Curiae, Dokumen yang Diserahkan Megawati ke MK Terkait Sengketa Pilpres 2024

Mengenal Amicus Curiae, Dokumen yang Diserahkan Megawati ke MK Terkait Sengketa Pilpres 2024

Tren
Bagaimana Cara Kerja Suara dari Sumber Bunyi Mencapai Telinga Anda?

Bagaimana Cara Kerja Suara dari Sumber Bunyi Mencapai Telinga Anda?

Tren
3 Skenario Serangan Balasan Israel ke Iran, Salah Satunya Incar Fasilitas Nuklir

3 Skenario Serangan Balasan Israel ke Iran, Salah Satunya Incar Fasilitas Nuklir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com