Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Sulitnya Mencari Kamar Kosong di RS untuk Pasien Covid-19...

Kompas.com - 08/01/2021, 20:31 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 belum berakhir. Saat ini, kasusnya pun dilaporkan terus melonjak dan membuat rumah sakit kewalahan akibat menipisnya daya tampung yang dimiliki.

Sejumah warganet pun mengungkapkan keresahannya terkait kondisi rumah sakit yang penuh.

Diduga penuhnya beberapa rumah sakit di daerah dikarenakan membeludaknya pasien gejala berat Covid-19.

"Serius nanya, karena RS di mana-mana penuh bisa enggak sih alih fungsiin bangunan apa saja gitu jadi rumah sakit darurat?" tulis akun Twitter @cowmeh dalam twitnya.

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

"Ini yang ditakutkan tatkala pandemi covid19 tidak mampu dikendalikan, RS dan tempat rujukan semuanya penuh, ini sangat berbahaya bagi rakyat," tulis akun Twitter @sukri_mohamadd dalam twitnya.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

"Tetanggaku ada yang sakit harus dirawat di RS tapi enggak bisa soalnya penuh," tulis akun Twitter @reddayvelvet6 dalam twitnya.

Baca juga: Ramai soal Patung Merlion di Madiun, Ini Penjelasannya...

Baca juga: Foto Viral Kalender 1971 Disebut Kembar dengan 2021, Apa Penjelasannya?

Bagaimana tanggapan pemerintah?

Ketua Bidang Komunikasi Publik Satgas Covid-19, Hery Trianto mengungkapkan, ketersediaan tempat tidur di sejumlah rumah sakit memang sedang padat-padatnya.

Ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menunggu dan bersabar sampai ada cukup tempat tidur untuk menampung pasien selanjutnya.

"Saat ini tempat tidur sejumlah rumah sakit memiliki tingkat keterisian di atas 70 persen. Jadi masyarakat memang perlu bersabar," ujar Hery saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/1/2021).

Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Tiba di Indonesia, Kemenkes: Nakes Dulu Ya!

Menurutnya, lama masa inap pasien yang terinfeksi Covid-19 baik dari RS rujukan maupun RS swasta berkisar antara 10-14 hari.

Hal ini juga bergantung pada kondisi ketahanan tubuh pasien.

Selain itu, Hery juga menyarankan kepada masyarakat untuk menghubungi puskesmas terdekat agar mendapatkan rujukan ke RS mana yang sudah tersedia kamar untuk pasien.

Baca juga: Berikut Sederet Negara yang Kembali Berlakukan Lockdown akibat Lonjakan Kasus Covid-19

"Silakan hubungi puskesmas terdekat, dari sana akan mendapatkan rujukan ke RS mana saja yang kamar perawatannya tersedia," lanjut dia.

Ia menambahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak seminggu terakhir sudah mengupayakan agar rumah sakit menambah kapasitas perawatannya hingga 40 persen.

Tak hanya itu, dari Satgas Covid-19 juga terus mendukung untuk merekrut relawan medis.

Baca juga: Melihat Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Telah Diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac

Pasien bergejala berat tidak boleh di rumah

Di sisi lain, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa pasien bergejala berat tidak boleh melakukan isolasi mandiri di rumah.

Pasien yang dapat dirawat di RS hanya pasien yang mengalami gejala sedang sampai berat.

Apabila pasien Covid-19 hanya bergejala ringan, tidak wajib dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Perkembangan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia, dari Pendistribusian Vaksin hingga Tahapannya...

Ia menjelaskan, ketika terasa gejala sebaiknya langsung mencoba mendaftarkan pasien ke puskesmas.

"Kadang kalau (butuh) isolasi datang ke puskesmas, nanti di sana akan dikaji dulu apakah perlu isolasi terpusat atau isolasi mandiri," ujar Siti saat dihubungi terpisah, Jumat (8/1/2021).

"Dan kalau setelah diperiksa di puskesmas tidak ada gejala, tidak dirawat di rumah sakit, karena rumah sakit untuk yang bergejala sedang dan berat," lanjut dia.

Baca juga: Simak, Ini 7 Gejala Terkait dengan Varian Baru Virus Corona

Sementara itu, gejala sedang sampai ringan yang dimaksud, antara lain:

Gejala sedang Covid-19

  • Demam lebih dari atau sama dengan 38 derajat celsius
  • Sesak napas, batuk menetap, dan sakit tenggorokan
  • Batuk-batuk
  • Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan bernapas dan napas cepat, frekuensi napas kurang dari 2 bulan yakni sekitar 60 kali napas per menit; 2-11 bulan mengalami napas sekitar 50 kali per menit; dan anak usia 1-5 tahun memiliki napas sekitar 40 kali per menit dan tidak ada tanda pneumonia berat.

Selain itu, dapat juga disertai diare, mual, muntah, sakit kepala, mulut kering, badan terasa nyeri dan linu, dan berkurangnya nafsu makan.

Gejala ini berlangsung selama sekitar 7-14 hari.

Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Gejala berat Covid-19

Gejala infeksi berat dari Covid-19 yakni:

  • Demam lebih dari atau sama dengan 38 derajat celsius yang menetap
  • Ada infeksi saluran napas dengan tanda-tanda peningkatan frekuensi napas (lebih dari 30 kali per menit) hingga sesak napas, dan batuk
  • Penurunan kesadaran
  • Dalam pemeriksaan lanjut, ditemukan saturasi oksigen kurang dari 90 persen udara luar
  • Dalam pemeriksaan darah, leukopenia, peningkatan monosit, dan peningkatan limfosit atipik

Adapun penderita gejala berat juga mengalami nyeri dada, bibir, kulit, dan wajah tampak kebiruan, kulit pucat, dan keringat dingin.

Khusus pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis dapat dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19 atau rumah sakit lain yang memiliki fasilitas sesuai standar pelayanan yang telah ditentukan.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Dimulai 13 Januari, Bagaimana jika Izin Edar Vaksin Belum Terbit?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: PSBB Ketat Jawa-Bali

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkaca dari Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim, Bagaimana Cara Menghindarinya?

Berkaca dari Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim, Bagaimana Cara Menghindarinya?

Tren
45 Ucapan Selamat Hari Jumat Agung Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

45 Ucapan Selamat Hari Jumat Agung Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Tren
Peneliti Ungkap Cara Manusia Purba Bertahan Usai Letusan Gunung Toba

Peneliti Ungkap Cara Manusia Purba Bertahan Usai Letusan Gunung Toba

Tren
Biaya Kuliah ITB 2024/2025 Program Sarjana Per Semester

Biaya Kuliah ITB 2024/2025 Program Sarjana Per Semester

Tren
Peneliti BRIN Jelajahi Palung Jawa, Apa yang Ditemukan?

Peneliti BRIN Jelajahi Palung Jawa, Apa yang Ditemukan?

Tren
Ciri-ciri Ginjal Tidak Sehat yang Perlu Diwaspadai, Salah Satunya Sering Lelah

Ciri-ciri Ginjal Tidak Sehat yang Perlu Diwaspadai, Salah Satunya Sering Lelah

Tren
Calon Pengantin Wajib Ikut Bimbingan Perkawinan Mulai Akhir Juli 2024

Calon Pengantin Wajib Ikut Bimbingan Perkawinan Mulai Akhir Juli 2024

Tren
Jepang Tarik Produk Suplemen Penurun Kolesterol Usai Sebabkan 2 Orang Meninggal

Jepang Tarik Produk Suplemen Penurun Kolesterol Usai Sebabkan 2 Orang Meninggal

Tren
Peran Harvey Moeis dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Peran Harvey Moeis dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Tren
Pengumuman SNBP ITB Berubah dari Tak Lolos Menjadi Lolos, Ini Kata ITB

Pengumuman SNBP ITB Berubah dari Tak Lolos Menjadi Lolos, Ini Kata ITB

Tren
Mengenang Sopyan Dado, Aktor Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang Meninggal Hari Ini

Mengenang Sopyan Dado, Aktor Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang Meninggal Hari Ini

Tren
Es Teh Vs Teh Hangat, Mana yang Lebih Baik Diminum Saat Buka Puasa?

Es Teh Vs Teh Hangat, Mana yang Lebih Baik Diminum Saat Buka Puasa?

Tren
Berapa Lama Bumi Akan Gelap Saat Gerhana Matahari Total 8 April 2024?

Berapa Lama Bumi Akan Gelap Saat Gerhana Matahari Total 8 April 2024?

Tren
Alasan Timnas Amin Ingin Sri Mulyani dan Tri Rismaharini Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024

Alasan Timnas Amin Ingin Sri Mulyani dan Tri Rismaharini Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024

Tren
Gunung Marapi Meletus Lagi, Waspada Lontaran Batu Pijar di Radius 4,5 Kilometer

Gunung Marapi Meletus Lagi, Waspada Lontaran Batu Pijar di Radius 4,5 Kilometer

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com