Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Informasi Vaksin Sinovac untuk Kelinci Percobaan dan Mengandung Bahan Tak Halal, Simak Tanggapan Bio Farma

Kompas.com - 03/01/2021, 11:29 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Di media sosial dan pesan berantai Whatsapp beredar informasi yang menyebut vaksin Covid-19 produksi Sinovac untuk kelinci percobaan.

Narasi dalam pesan itu juga menyebutkan Sinovac mengandung bahan tak halal, menggunakan boraks dan formalin.

Ada beberapa poin yang disebutkan dalam pesan yang beredar itu, yakni:

  1. Sinovac disebut hanya untuk kelinci percobaan karena ada tulisan “Only for Clinical Trial” sebagaimana yang tercantum dalam kemasan yang disertakan dalam pesan yang beredar itu.
  2. Sinovac disebut tidak halal karena berasal dari vero cell atau dari jaringan kera hijau Afrika.
  3. Sinovac disebut mengandung bahan dasar berbahaya yakni boraks, formalin, aluminium, dan merkuri.
  4. Sinovac disebut tidak memiliki jaminan tidak tertular penyakit setelah divaksin dan tak ada jaminan atau kompensasi perusahaan jika ada cedera vaksin atau KIPI pada korban vaksin.
  5. Pesan tersebut disebut diklaim bersumber dari FDA.

Penjelasan Biofarma

Mengonfirmasi informasi yang beredar luas itu, Kompas.com menghubungi Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto, Minggu (3/1/2021).

Bambang menegakan, informasi itu tidak benar.

“Itu hoaks, tidak benar,” ujar Bambang.

Soal tulisan "Only for Clinical Trial"

Bambang menjelaskan, foto kemasan Sinovac yang terdapat tulisan “Only for Clinical Trial” tersebut adalah kemasan yang digunakan untuk vaksin yang dipakai dalam uji klinis fase 3 yang saat ini tengah dilaksanakan.

“Kita kan sedang uji klinis. Jadi kemasan yang dipakai untuk uji klinis itu harus ada label ‘only for clinical trial’. Itu untuk uji kinis,” ujar Bambang.

Tahapan pembuatan vaksin baru memerlukan sejumlah tahap uji, yakni uji preklinis pada hewan, kemudian uji klinis fase 1, 2, dan 3 pada manusia.

Uji klinis fase 1 untuk melihat keamanan. Sementara, uji klinis fase 2 untuk melihat keamanan, range dosis dan efikasi, serta uji klinis fase 3 juga untuk keamanan dan efikasi.

Untuk pelaksanaan program vaksinasi pada masyarakat, Bambang menjelaskan, vaksin yang digunakan memiliki kemasan berbeda dan tidak ada tulisan ‘Only for Clinical Trial’.

Bambang menganalogikan uji klinis seperti pada pembuatan mobil baru. Uji klinis diibaratkannya seperti "uji tabrak" yang akan menilai bagaimana keamanan mobil dan kualitasnya.

Ketika semua sudah oke, maka akan dimulai proses produksi dan dipasarkan. 

Terkait vaksin untuk program vaksinasi, Bambang memastikan, vaksin yang digunakan telah mendapatkan persetujuan izin edar penggunaan darurat dari BPOM.

Soal disebut mengandung bahan tak halal

Sementara itu, terkait vaksin Sinovac disebut mengandung bahan tidak halal, Bambang menegaskan, keputusan halal dan tidak berada di bawah kewenangan LPPOM MUI.

Bambang menjelaskan, vero cell yang disebut pada informasi yang beredar adalah media tumbuh kembang dari virus corona.

Penggunaan media ini sebagai penumbuh virus telah digunakan sejak berpuluh-puluh tahun.

Virus perlu ditumbuhkan dalam vero cell karena virus hanya tumbuh di sel hidup.

Ia menjelaskan, vero cel merupakan hasil dari semacam kultur sel sehingga bukan berarti langsung menggunakan sel dari hewan hidup.

Dalam proses pembuatan vaksin, virus ditumbuhkan dalam media vero cell untuk kemudian diambil dan selanjutnya diproses hingga menjadi vaksin.

“Jadi virus itu tempat tumbuh hanya di sel hidup. Nah, vero cell ini dipakai sebagai media tumbuh kembang virus. Hanya untuk memnumbuhkan saja, nanti selnya ini dibuang, tidak terlibat,” ujar Bambang.

Ia mengilustrasikan seperti ketika seseorang menanam mangga.

Untuk menanam mangga dibutuhkan tanah. Vero cell dalam hal ini seperti dengan tanah atau media yang digunakan untuk tanaman mangga supaya bisa hidup.

Ketika mangga dipanen, bukan berarti seseorang memakan tanah itu.

Terkait kehalalan, LPPOM MUI tengah melakukan sertifikasi.

Bambang menyebutkan, sudah berlangsung proses audit dari LPPOM MUI pada November 2020 dan saat ini proses masih berlanjut.

Hasil dari proses sertifikasi LPPOM MUI ini akan disampaikan ke Komisi Fatwa MUI.

“Nanti komisi fatwa yang akan menentukan halal-haram,” kata Bambang.

Soal disebut ada kandungan boraks dan formalin

Sementara itu, mengenai informasi yang menyebut vaksin Sinovac ada kandungan boraks dan formalin, Bambang menegaskan, vaksin Sinovac sama sekali tidak mengandung bahan pengawet.

“Boraks buat apa? Formalin buat apa? Sama sekali tidak mengandung pengawet," kata dia.

Vaksin Sinovac berisi virus inactivated, terdapat pula adjuvant, yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenisitas. Vaksin juga mengandung buffer untuk menjaga stabilitas.

Bambang mengatakan, untuk mendapatkan izin edar, maka seluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan vaksin telah diketahui oleh BPOM.

Dengan demikian, ketika izin edar keluar, maka jaminan mutu, keamananan, dan khasiat telah diberikan oleh BPOM.

Klaim link FDA

Adapun terkait pesan beredar yang disebut bersumber dari laman FDA, Kompas.com telah melihat isi link laman tersebut.

Link itu sama sekali tidak membahas mengenai vaksin Sinovac.

Jangan khawatir

Ketika dilakukan proses vaksinasi, maka ada yang disebut dengan fase 4 post marketing surveillance atau disebut pula pharmacovigilance.

Pharmacovigilance ini, kata Bambang, akan memantau Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) selama program vaksinasi berlangsung.

“Yang memonitor siapa? Lembaga independen, Komisi Nasional Kejadian Ikutan Paska Imunisasi. Nanti di setiap daerah juga ada Komda KIPI,” ujar dia.

Komnas KIPI ini bertugas memantau apabila ada kejadian.

Misalnya, ada yang pingsan, maka akan dipastikan apakah orang itu pingsan karena vaksin atau karena takut disuntik.

Pemantauan seperti ini, kata Bambang, hal yang wajar karena pada program vaksinasi dari pemerintah selama ini Komnas KIPI juga telah lama ada.

Oleh karena itu, ia menekankan agar masyarakat tak khawatir.

“Ini program pemerintah, tentu pemerintah akan bertanggung jawab jika memang ada kejadian terkait dengan vaksin. Karena ini program vaksin yang diinisiasi jadi program pemerintah,” kata Bambang. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

4 Mitos tentang Suplemen yang Banyak Beredar

4 Mitos tentang Suplemen yang Banyak Beredar

Tren
Aktivitas Kegempaan di Gunung Gamalama Meningkat, Warga Diimbau Waspada

Aktivitas Kegempaan di Gunung Gamalama Meningkat, Warga Diimbau Waspada

Tren
10 Rudal Balistik dengan Jangkauan Terjauh di Dunia Beserta Negara Pemiliknya

10 Rudal Balistik dengan Jangkauan Terjauh di Dunia Beserta Negara Pemiliknya

Tren
WNI Ceritakan Cara UEA Menangani Banjir: Ada Peringatan Dini, Mobil Pompa, dan Denda

WNI Ceritakan Cara UEA Menangani Banjir: Ada Peringatan Dini, Mobil Pompa, dan Denda

Tren
Ada 18.557 Formasi CASN Bawaslu 2024, Ini 5 Posisi dengan Daya Tampung Terbanyak

Ada 18.557 Formasi CASN Bawaslu 2024, Ini 5 Posisi dengan Daya Tampung Terbanyak

Tren
Israel Lancarkan Serangan Balasan ke Iran, Wilayah Ini Jadi Sasaran

Israel Lancarkan Serangan Balasan ke Iran, Wilayah Ini Jadi Sasaran

Tren
Media Asing Soroti Kemenangan Indonesia atas Australia di Piala Asia U23

Media Asing Soroti Kemenangan Indonesia atas Australia di Piala Asia U23

Tren
Cara Bikin Stiker Langsung dari Aplikasi WhatsApp, Cepat dan Mudah

Cara Bikin Stiker Langsung dari Aplikasi WhatsApp, Cepat dan Mudah

Tren
Ramai soal Penumpang Mudik Motis Buka Pintu Kereta Saat Perjalanan, KAI Ingatkan Bahaya dan Sanksinya

Ramai soal Penumpang Mudik Motis Buka Pintu Kereta Saat Perjalanan, KAI Ingatkan Bahaya dan Sanksinya

Tren
Israel Membalas Serangan, Sistem Pertahanan Udara Iran Telah Diaktifkan

Israel Membalas Serangan, Sistem Pertahanan Udara Iran Telah Diaktifkan

Tren
Rp 255 Triliun Berbanding Rp 1,6 Triliun, Mengapa Apple Lebih Tertarik Berinvestasi di Vietnam?

Rp 255 Triliun Berbanding Rp 1,6 Triliun, Mengapa Apple Lebih Tertarik Berinvestasi di Vietnam?

Tren
Israel Balas Serangan, Luncurkan Rudal ke Wilayah Iran

Israel Balas Serangan, Luncurkan Rudal ke Wilayah Iran

Tren
Mengenal Rest Area Tipe A, B, dan C di Jalan Tol, Apa Bedanya?

Mengenal Rest Area Tipe A, B, dan C di Jalan Tol, Apa Bedanya?

Tren
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Tren
Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com