Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Ahli Biologi Molekuler untuk GeNose Buatan UGM

Kompas.com - 27/12/2020, 14:28 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan telah memberikan izin edar untuk alat pendeteksi virus corona bernama GeNose, yang dibuat oleh para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (26/12/2020), GeNose mengidentifikasi virus corona dengan cara mengambil sampel embusan napas untuk mendeteksi Volatile Organic Compound.

VOC terbentuk lantaran adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas. Dari pengujian yang telah dilakukan, GeNose diklaim memiliki tingkat akurasi mencapai 97 persen.

Waktu yang dibutuhkan untuk pengujian menggunakan GeNose juga terbliang singkat, hanya kurang dari 2 menit.

Biaya tes Covid-19 menggunakan GeNose sekitar Rp 15-25 ribu.

Ketua Tim Pengembang GeNose, Kuwat Triyatna mengatakan, setelah mengantongi izin edar dari Kemenkes, timnya akan melakukan penyerahan 100 unit GeNose hasil produksi massal batch pertama.

Baca juga: Cara Kerja GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM yang Dapat Izin Edar

Metode embusan napas

Ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo, memberikan sejumlah catatan untuk GeNose.

Ia mengatakan, konsep mendeteksi penyakit melalui embusan napas sebenarnya bukan hal baru.

"Tidak hanya untuk penyakit Covid-19 sebetulnya, kanker sendiri juga ada beberapa studi ke arah sana juga," kata Ahmad saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/12/2020).

Ahmad menyebutkan, prinsip deteksi Covid-19 melalui embusan napas seseorang adalah dengan mencari perbedaan konten gas yang diembuskan oleh orang yang positif Covid-19 dengan orang yang negatif.

"Idenya adalah, mereka akan membandingkan, orang yang tanpa Covid-19 dan orang yang (positif) Covid-19, konten embusan napasnya beda enggak sih?" ujar Ahmad.

"Karena kalau jenis gasnya semua pasti punya, kita sebagai makhluk biologis kayaknya enggak beda-beda, tapi mungkin yang menarik adalah polanya dan jumlah masing-masing gas yang bisa berbeda proporsinya," lanjut dia.

Ahmad mengatakan, yang dideteksi oleh GeNose adalah perbedaan proporsi gas antara pasien positif Covid-19 dengan yang tidak terinfeksi, bukan gas khusus Covid-19.

"Bukan berarti ada gas khusus Covid-19. Jadi memang ketika tubuh itu merespon penyakit itu mengeluarkan gas yang berbeda," kata Ahmad.

Baca juga: Mengenal Apa Itu GeNose, Alat Pendeteksi Covid-19 UGM yang Akurasinya Disebut Capai 75 Persen

Perlu publikasi data

Ahmad mengatakan, sebagai hasil temuan anak bangsa, GeNose diharapkan bisa menjadi sesuatu yang diandalkan dalam pengendalian pandemi Covid-19.

Meski demikian, dia memberikan catatan penting mengenai GeNose yang perlu menjadi perhatian bersama, baik publik maupun kalangan peneliti.

Menurut dia, perlu ada publikasi ilmiah mengenai penelitian dan pengembangan alat ini, terutama data yang dilaporkan ke Kemenkes dan kemdian menjadi dasar bagi GeNose untuk mendapatkan izin edar.

"Tujuannya ini bukan untuk mencari kesalahan atau apa, bukan. Tapi ini kan kita bersama-sama berusaha menghentikan pandemi kan. Kalau data itu bisa diberitakan secara terbuka, misalnya dulu merancang penelitiannya seperti apa sih?" kata Ahmad.

Ahmad mengatakan, publikasi tersebut salah satunya meliputi profil relawan yang mengikuti pengujian GeNose.

"Apakah misalnya orang yang sudah bergejala kritis, gejala berat, gejala ringan, atau orang tanpa gejala. Terus jumlah samplingnya itu masing-masing orang berapa kali diambil," kata Ahmad

Hal lain yang dinilainya perlu disampaikan kepada publik adalah tingkat kegagalan alat melakukan deteksi, jendela optimal testing, dan kemampuan alat untuk membedakan pasien Covid-19 dengan pasien penyakit pernapasan lain.

Baca juga: GeNose UGM Dapat Izin Edar, Biaya Tes Cuma Rp 15-25 Ribu

Izin edar terbatas di lingkungan akademik

Ahmad mengatakan, publikasi data mengenai penelitian dan pengembangan GeNose mutlak diperlukan untuk mengetahui keterbatasan alat tersebut.

"Inti dari alat diagnostik itu pasti punya keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan itu yang perlu dipastikan dan juga jangan sampai ada liability (komplain pertanggungjawaban)," kata Ahmad.

"Misalnya, ini jelas hasilnya positif, terus (GeNose) hasilnya negatif. Nanti kalau ada apa-apa liability-nya bagaimana? Atau misalnya dipakai di klinik, pasien protes ke klinik tersebut. Nah nanti yang layak diprotes itu kliniknya, produsennya, atau siapa?" ujar Ahmad.

Ahmad mengusulkan, sebelum ada studi lebih detil, peredaran GeNose sebaiknya dibatasi untuk kalangan akademik terlebih dulu.

"Digunakan di rumah sakit akademik, supaya nanti divalidasi lagi. Jangan, misalnya, langsung diterapkan di bandara," ujar Ahmad.

"Karena nanti ini akan menyulitkan tim pengendalian pandemi. Ini barang baru kan, bagaimana nanti menyikapinya?" kata dia.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pencegahan Penularan Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com