Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu GeNose, Alat Pendeteksi Covid-19 UGM yang Akurasinya Disebut Capai 75 Persen

Kompas.com - 27/12/2020, 12:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - GeNose, alat pendeteksi virus corona buatan para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini resmi mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan.

Melansir laman UGM, Sabtu (26/12/2020), Ketua Tim Pengembang GeNose Kuwat Triyatna mengatakan izin edar GeNose dari Kemenkes turun pada 24 Desember.

Menurut Kuwat, setelah izin edar diperoleh maka tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai oleh BIN dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan.

Baca juga: Simak, Ini 7 Gejala Terkait dengan Varian Baru Virus Corona

Selain itu juga akan segera diproduksi massal.

Targetnya pada akhir Februari 2021 telah ada 10.000 unit, sehingga bisa melakukan tes pada 1,2 juta orang per hari.

Pada batch pertama disebutkan akan diproduksi 100 unit.

“Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, kami berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan nafas sehingga satu jam dapat mentes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam,” katanya.

Baca juga: Cara Baru Korea Selatan Tes Corona, Gunakan Bilik Telepon

Pengembangan alat

GeNose pendeteksi Covid-19 karya ahli UGM siap dipasarkan setelah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan. (Foto Dokumentasi Humas UGM)KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA GeNose pendeteksi Covid-19 karya ahli UGM siap dipasarkan setelah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan. (Foto Dokumentasi Humas UGM)

Melansir laman UGM, 26 Oktober 2020, alat itu dikembangkan oleh Prof Dr Eng Kuwat Triyana dan timnya.

GeNose mendapatkan izin dari Kemenkes untuk menjalani uji diagnostik pada Oktober 2020.

Desain uji diagnostik berupa cross sectional dan triple blinded.

Baca juga: Saat Varian Baru Corona di Inggris Disebutkan Rentan Menginfeksi Anak-Anak...

 

Sementara itu, rekrutmen subjeknya adalah multicenter consecutive sampling hingga tercapai jumlah sampel berimbang antara kelompok positif Covid-19 dan negatif Covid-19.

Pada tahap awal penerapan GeNose C19 akan difungsikan sebagai alat screening Covid-19.

Anggota tim peneliti dr Dian Kesumapramudya Nurputra mengatakan, dalam uji diagnostik setiap pasien diambil sampel napas dan sampel swab nasofaring secara bersamaan.

Baca juga: Ramai Topik soal Rapid Antigen, Apakah Sama dengan Swab Antigen?

Diberitakan Harian Kompas, 13 Oktober 2020, ditargetkan sebanyak 1.600 orang terlibat untuk diuji sampel napasnya.

Dalam uji diagnostik itu, setiap orang akan diambil dua kali sampel napasnya sehingga total ada 3.200 sampel yang akan diperiksa.

Uji diagnostik GeNose akan dilakukan di 9 rumah sakit (RS) di sejumlah kota di Indonesia.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

Beberapa rumah sakit itu berlokasi di DIY, misalnya RS Umum Pusat Dr Sardjito, RS Akademik UGM, RS Bhayangkara Polda DIY, RS Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC) Bambanglipuro di Kabupaten Bantul, dan RS Pusat Angkatan Udara Hardjolukito.

Uji diagnostik GeNose itu juga sekaligus menjadi uji klinis tahap kedua.

Sebelumnya, GeNose telah menjalani uji klinis tahap pertama di RS Bhayangkara Polda DIY dan RSLKC Bambanglipuro.

Dalam uji klinis itu, tim peneliti menggunakan GeNose untuk memeriksa 615 sampel napas dari 83 pasien, yakni 43 pasien positif Covid-19 dan 40 pasien negatif Covid-19.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Muhammadiyah Didirikan di Yogyakarta, Bagaimana Awal Mulanya?

Cara kerja GeNose

UGM Siap Luncurkan GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Lewat Embusan NafasDok. UGM UGM Siap Luncurkan GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Lewat Embusan Nafas

Masih dari Harian Kompas, berbeda dengan alat deteksi Covid-19 lainnya, GeNose menggunakan embusan napas untuk penentuan infeksi Covid-19 atau tidak.

Hasil pemeriksaan alat yang menggunakan sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence) itu diklaim bisa selesai dalam waktu sekitar 80 detik.

Kuwat mengatakan pola embusan napas seorang yang terinfeksi Covid-19 akan berbeda dengan pola embusan napas orang sehat.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal Sesak Napas sebagai Gejala Covid-19

Kuwat menyebut, virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh seseorang akan menghasilkan volatile organic compounds atau senyawa organik mudah menguap yang khas.

Senyawa organik mudah menguap itu juga terdapat dalam embusan napas seseorang.

Kuwat memaparkan, GeNose dilengkapi beberapa sensor yang bisa membentuk pola tertentu saat mendeteksi senyawa organik mudah menguap dari embusan napas.

Baca juga: Virus Corona Dapat Bertahan di Plastik dan Stainless Steel hingga 3 Hari

 

Pola yang terbentuk itu bisa dibedakan berdasarkan kondisi kesehatan seseorang.

Oleh karena itu, pola yang terbentuk dari embusan napas seorang yang terinfeksi Covid-19 akan berbeda dengan pola embusan napas orang sehat.

Pola yang dihasilkan sensor tersebut dianalisis menggunakan sistem kecerdasan buatan, lalu bisa disimpulkan terinfeksi Covid-19 atau tidak.

Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Kelebihan GeNose

GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Lewat Embusan NafasDok. UGM GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Lewat Embusan Nafas

Biaya tes dengan GeNose jauh lebih murah dibandingkan tes lainnya. Kuwat mengatakan harganya sekitar Rp 15.000-Rp 25.000.

Sementara itu satu unit GeNose diperkirakan dijual sekitar Rp 40 juta.

Alat tersebut mampu melakukan sekitar 120 kali pemeriksaan per hari, dengan estimasi per pemeriksaan 3 menit selama 6 jam.

Baca juga: Moderna Klaim Vaksinnya Mampu Melindungi Varian Baru Covid-19 di Inggris

Selain itu tingkat akurasi GeNose mencapai 97 persen dengan menggunakan 600 sampel data valid.

Hasil tes juga lebih cepat didapatkan, hanya dalam waktu sekitar 2 menit GeNose bisa mendeteksi apakah seseorang positif atau negatif Covid-19.

Pengambilan sampel tes berupa embusan napas juga dinilai lebih nyaman, ketimbang menggunakan metode usap atau swab.

Baca juga: Ramai Topik soal Rapid Antigen, Apakah Sama dengan Swab Antigen?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo infografik: Beda Test Antigen, Rapid Test Antibodi, dan PCR

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

KAI Berikan Diskon 30 Persen untuk Agen Travel selama Periode Lebaran

KAI Berikan Diskon 30 Persen untuk Agen Travel selama Periode Lebaran

Tren
7 Poin Penting Isi RUU DKJ, Gubernur Jakarta Tetap Dipilih Rakyat

7 Poin Penting Isi RUU DKJ, Gubernur Jakarta Tetap Dipilih Rakyat

Tren
Sempat Tak Terdeteksi Radar, Ilmuwan Temukan Gunung Api Setinggi 9 Kilometer di Planet Mars

Sempat Tak Terdeteksi Radar, Ilmuwan Temukan Gunung Api Setinggi 9 Kilometer di Planet Mars

Tren
7 Makanan yang Perlu Dihindari Saat Berbuka Puasa Menurut Ahli Gizi

7 Makanan yang Perlu Dihindari Saat Berbuka Puasa Menurut Ahli Gizi

Tren
DPR dan Pemerintah Sepakat Gubernur Jakarta Dipilih lewat Pilkada

DPR dan Pemerintah Sepakat Gubernur Jakarta Dipilih lewat Pilkada

Tren
Viral, Video Ayam Gundul Hidup Tanpa Bulu, Ini Penjelasan Dokter Hewan

Viral, Video Ayam Gundul Hidup Tanpa Bulu, Ini Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Minum Tablet Tambah Darah Diklaim Ampuh Cegah Lemas Saat Puasa, Ini Penjelasan Ahli Gizi

Minum Tablet Tambah Darah Diklaim Ampuh Cegah Lemas Saat Puasa, Ini Penjelasan Ahli Gizi

Tren
Kesaksian Jurnalis Al Jazeera yang Ditangkap Pasukan Israel Saat Meliput di RS Al-Shifa

Kesaksian Jurnalis Al Jazeera yang Ditangkap Pasukan Israel Saat Meliput di RS Al-Shifa

Tren
2 WNI Diduga Curi Data Jet Tempur KF-21 Korea Selatan, Ini Kata Kemenlu

2 WNI Diduga Curi Data Jet Tempur KF-21 Korea Selatan, Ini Kata Kemenlu

Tren
Dibuka Dua Hari Lagi, Berikut Syarat dan Prosedur Pendaftaran UTBK-SNBT 2024

Dibuka Dua Hari Lagi, Berikut Syarat dan Prosedur Pendaftaran UTBK-SNBT 2024

Tren
Profil Soenarko, Eks Danjen Kopassus Pimpin Demo Pilpres 2024 di KPU

Profil Soenarko, Eks Danjen Kopassus Pimpin Demo Pilpres 2024 di KPU

Tren
Benarkah Soundtrack Serial 'Avatar The Last Airbender' Terinspirasi dari Tari Kecak Indonesia?

Benarkah Soundtrack Serial "Avatar The Last Airbender" Terinspirasi dari Tari Kecak Indonesia?

Tren
Penumpang Keluhkan AC KA Airlangga Bocor tapi Cuma Dilakban oleh Petugas, KAI Beri Penjelasan

Penumpang Keluhkan AC KA Airlangga Bocor tapi Cuma Dilakban oleh Petugas, KAI Beri Penjelasan

Tren
Paspampres Bantah Petugasnya Adang Kakek yang Pergi ke Masjid di Labuhanbatu Saat Kunjungan Jokowi

Paspampres Bantah Petugasnya Adang Kakek yang Pergi ke Masjid di Labuhanbatu Saat Kunjungan Jokowi

Tren
Menilik Tragedi Thalidomide, Bencana Medis Terbesar yang Korbankan Puluhan Ribu Bayi

Menilik Tragedi Thalidomide, Bencana Medis Terbesar yang Korbankan Puluhan Ribu Bayi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com