Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog soal Satgas Covid-19 Sebut Masyarakat Gali Kubur Sendiri: Tak Tepat

Kompas.com - 25/12/2020, 14:39 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perkembangan kasus aktif Covid-19 di Indonesia memperlihatkan tren yang semakin memburuk. Dari waktu ke waktu, penambahan kasus aktif kian cepat.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan hal ini menunjukkan masyarakat masih ceroboh dan membahayakan orang lain.

"Jika keadaan ini terus berlangsung, ini seperti kondisi di mana masyarakat menggali kuburnya sendiri," kata Wiku, dikutip dari Kompas.com, Kamis (24/12/2020).

Wiku menilai dalam setiap kenaikan kasus aktif virus corona selalu diiringi dengan kenaikan persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan.

Menurutnya, kenaikan kasus aktif selalu berawal dari libur panjang, yang mengakibatkan menurunnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan.

"Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap kenaikan kasus aktif selalu diiringi oleh kenaikan persen daerah yang tidak patuh protokol kesehatan dan selalu berawal dari event libur panjang," kata Wiku.

Baca juga: Laju Kasus Aktif Covid-19 Kian Cepat, Satgas: Masyarakat Gali Kubur Sendiri

Namun, tepatkah pernyataan tersebut?

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan kian cepatnya laju kenaikan kasus aktif virus corona di Tanah Air bukan salah masyarakat.

"Kalau mau disalahkan ya bukan salah masyarakat. Salah yang melakukan pengendaliannya. Kalau main salah-salahan ya enggak ada gunanya, dan juga ini tidak tepat dalam kondisi begini," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/12/2020).

Dia mengatakan, jika ada kesalahan dalam penanganan pandemi yang menyebabkan laju kasus aktif semakin tinggi, maka bisa dirunut sejak awal pandemi Covid-19 teridentifikasi.

"Dari awal (kesalahan) adalah respon yang tidak tepat dan tidak cepat, dan sampai saat ini belum ada perubahan signifikan dalam strategi pelandaian kurva," ujar Dicky.

Dicky mengatakan strategi utama pengendalian pandemi Covid-19 di Indonesia terletak di pundak pemerintah, yaitu penerapan testing dan tracing.

"Itu yang utama. Kalau itu tidak dilakukan dengan memadai, jangankan optimal, tidak memadai saja, maka apa pun yang dilakukan masyarakat tidak akan efektif," tegas Dicky.

Baca juga: Meksiko dan 9 Negara yang Telah Memulai Vaksinasi Covid-19

3M bukan strategi utama pengendalian pandemi

Dicky menyebut ketidakpatuhan masyarakat menerapkan protokol 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker) bukan faktor utama penyebab kasus aktif meningkat dengan signifikan.

Ia menilai 3M adalah strategi tambahan yang diterapkan beriringan dengan strategi utama, yakni testing dan tracing yang dijalankan dengan memadai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

Tren
Resmi, Ada 26.319 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kementerian PUPR 2024

Resmi, Ada 26.319 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kementerian PUPR 2024

Tren
Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Dugaan Pencatutan Nama oleh Kumba Digdowiseiso

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Dugaan Pencatutan Nama oleh Kumba Digdowiseiso

Tren
Kenali Waktu Terbaik dan Terburuk untuk Minum Air Kelapa

Kenali Waktu Terbaik dan Terburuk untuk Minum Air Kelapa

Tren
Terbaru, 40.839 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kemensos 2024

Terbaru, 40.839 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kemensos 2024

Tren
Orang yang Langsung S2 Setelah Sarjana Disebut Minim Performa Kerja, Pengamat Buka Suara

Orang yang Langsung S2 Setelah Sarjana Disebut Minim Performa Kerja, Pengamat Buka Suara

Tren
Ini Alasan Mengapa Perempuan Tak Boleh Tidur 2 Jam Setelah Melahirkan Normal

Ini Alasan Mengapa Perempuan Tak Boleh Tidur 2 Jam Setelah Melahirkan Normal

Tren
Kumpulan Twibbon dan Ucapan Hari Kartini 21 April 2024

Kumpulan Twibbon dan Ucapan Hari Kartini 21 April 2024

Tren
5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

Tren
Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Tren
Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

Tren
Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Tren
Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com