KOMPAS.com - Klaim-klaim yang meragukan vaksin Covid-19 terus bermunculan di media sosial ketika vaksinasi sudah digelar di sejumlah negara.
Ada klaim yang menyebut bahwa vaksin dapat menyebabkan leukimia, ada pula yang menyatakan vaksin bisa mengakibatkan kelumpuhan sementara pada otot-otot wajah.
Penemuan vaksin Covid-19 pun dipertanyakan karena durasi untuk menemukan vaksin yang melawan virus corona jauh lebih cepat ketimbang waktu menemukan vaksin untuk HIV dan kanker.
Di Indonesia, beredar narasi bahwa Ikatan Dokter Indonesia menolak jadi pihak pertama yang menerima vaksin virus corona. Narasi ini mencuat setelah Indonesia mendatangkan vaksin corona buatan Sinovac pada 6 Desember lalu.
Seluruh klaim ini telah dibongkar oleh tim Cek Fakta Kompas.com. Berikut rangkuman klaim dan klarifikasinya.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) disebut-sebut menolak jadi pihak pertama yang menerima vaksin Covid-19.
Narasi yang beredar di media sosial itu juga menyinggung bahwa Presiden Jokowi menolak sebagai orang pertama yang akan disuntik vaksin Covid-19.
Narasi itu keliru. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih mengatakan, IDI siap menjadi pihak pertama yang disuntik vaksin Covid-19.
Presiden Jokowi pun bersedia disuntikkan vaksin Covid-19, asalkan berbarengan dengan masyarakat yang menerima suntikan tersebut.
Artikel lengkap soal ini dapat Anda baca di tautan berikut
[KLARIFIKASI] Benarkah IDI Tolak Jadi yang Pertama Divaksin Covid-19?
Sejumlah akun di media sosial membagikan tautan artikel dengan foto yang diklaim empat orang mengalami Bell's Palsy setelah disuntik vaksin virus corona.
Bell's Palsy adalah suatu kondisi yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan sementara pada otot-otot wajah sehingga satu sisi wajah terkulai atau menjadi kaku.
Dari penelusuran digital didapati bahwa foto itu memang penderita Bell's Palsy, tetapi bukan disebabkan vaksin virus corona.
Informasi utuh soal ini dapat Anda simak di artikel berikut