Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Vaksin Covid-19 di Indonesia Gratis untuk Semua? Ini Jawaban Pemerintah

Kompas.com - 15/12/2020, 08:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Keputusan pemerintah untuk memberikan vaksin Covid-19 melalui dua skema, gratis dan berbayar, menuai kritik dari berbagai pihak.

Desakan untuk menggratiskan vaksin Covid-19 bagi semua warga Indonesia muncul, diutarakan warganet di media sosial hingga epidemiolog yang berpengalaman di bidang kesehatan publik.

Pemberian vaksin Covid-19 gratis bagi seluruh rakyat Indonesia dinilai sebagai langkah paling optimal untuk memastikan pandemi virus corona di Tanah Air bisa segera diakhiri.

Pasalnya, rasio penduduk yang harus membayar untuk mendapatkan vaksin adalah 70 persen atau sekitar 75 juta orang dari target 107 penduduk berusia 18-59 tahun yang ditargetkan pemerintah sebagai penerima vaksin Covid-19.

Ada kekhawatiran, sebagian besar warga akan menolak mendapatkan vaksin jika harus mengeluarkan biaya sendiri.

Selain itu, situasi pandemi dinilai sebagai situasi darurat sehingga pemerintah seharusnya menyediakan vaksin gratis sebagai tanggung jawab untuk melindungi warganya.

Baca juga: India Gratiskan Vaksin Covid-19 untuk Warganya

Mungkinkah vaksin Covid-19 digratiskan untuk semua warga Indonesia?

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020). KOMPAS.com/Dian Erika Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).
Menjawab pertanyaan itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Program Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, skema 30 persen vaksin gratis berbanding 70 persen vaksin mandiri yang diterapkan dalam program vaksinasi Covid-19, merupakan perhitungan awal dari pemerintah.

"Skema pemerintah, di awal kami rencanakan seperti itu, dan ini tentunya melihat situasi ya. Bisa saja 2021 terjadi perubahan proporsi, atau perubahan terhadap skema mandiri," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/12/2020).

Dia mengatakan, karena saat ini masih tahap awal program vaksinasi, maka tidak menutup kemungkinan akan ada berbagai perubahan, termasuk dalam hal skema pembiayaan untuk mendapatkan vaksin Covid-19.

"Banyak faktor ya, artinya bukan Kementerian Kesehatan saja, dalam hal ini yang memutuskan, mungkin juga bersama sektor-sektor lain," kata Nadia, yang juga Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan.

Baca juga: RS Swasta Buka Pre-Order Vaksin Covid-19, Haruskah Ikut Pesan dari Sekarang?

Skema mandiri diproyeksikan untuk perusahaan

Nadia menyebutkan, skema vaksin mandiri diproyeksikan untuk mendorong perusahaan-perusahaan agar memvaksinasi karyawannya.

Dia mengatakan, hal tersebut seperti telah disampaikan oleh Menko Perokonomian Airlangga Hartarto.

"Dengan upaya ini tentunya produksi, dan aktivitas ekonomi, di perusahaan-perusajaan tersebut akan lebih cepat berjalan kembali," ujar Nadia.

"Artinya kita menanggulangi pandemi Covid-19 ini secara bersama ya. Gotong-royong," lanjut dia.

Nadia mengatakan, pada prinsipnya program vaksinasi Covid-19 di Indonesia saat ini masih pada tahap persiapan, dan belum sampai pada tahap pelaksanaan.

"Langkah pertama yang sudah kami sampaikan, terkait dengan 1,2 juta dosis vaksin yang untuk 600 ribu orang ini akan diberikan kepada tenaga kesehatan melalui skema pemerintah," kata Nadia.

Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah masih akan meninjau kembali skema pengadaan vaksin Covid-19 di Tanah Air.

"Ini juga sangat tergantung dengan ketersediaan vaksin di pasaran. Selain masih menunggu vaksin buatan kita sendiri atau vaksin Merah Putih," kata Nadia.

Baca juga: Alasan Vaksin Covid-19 Seharusnya Gratis untuk Semua, Tidak Dikomersilkan

Berapa harga vaksin? 

Seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (12/12/2020), pada Oktober 2020, Bio Farma telah menetapkan harga vaksin Covid-19 Sinovac sekitar Rp 200.000 per dosis.

Harga tersebut lebih murah daripada yang dipasarkan di China, yaitu 29,75 dollar AS atau sekitar Rp 421.000 per dosis.

Sementara itu, vaksin Moderna yang mengklaim memiliki efektivitas 94 persen memiliki harga 37 dollar AS atau sekitar Rp 526.000 per dosisnya.

Lalu vaksin Pfizer/BioNTech yang memiliki tingkat efektivitas 95 persen disebutkan hanya dibandrol 20 dollar AS atau sekitar Rp 283.000 per dosis.

Sedangkan vaksin Johnson & Johnson harganya dipatok 10 dollar AS atau sekitar Rp 141.000, hampir sama dengan harga vaksin Sputnik.

Adapun vaksin AstraZeneca yang dibuat bersama Universitas Oxford dan memiliki efektivitas rata-rata 70 persen, dihargai 4 dollar AS atau sekitar Rp 57.000.

Vaksin Novavax dipatok dengan harga 16 dollar AS atau sekitar Rp 226.000 per dosis.

Vaksinasi Covid-19 dilakukan dengan menyuntikkan dua dosis vaksin dalam selang waktu berbeda. Artinya, setiap orang butuh dua dosis vaksin.

Baca juga: Majelis Ulama di Singapura Izinkan Penggunaan Vaksin Covid-19 untuk Umat Muslim

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Negara yang Gratiskan Vaksin Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com