Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Terus Menanjak, Apa Penyebab Masyarakat Semakin Abai Protokol Kesehatan?

Kompas.com - 04/12/2020, 20:47 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Nurhadi mengatakan, sebagian masyarakat justru lebih khawatir dengan hal-hal lain, seperti kehilangan pekerjaan atau tidak bisa makan, dibanding takut dengan Covid-19.

Menurutnya, situasi semacam ini cukup lazim dijumpai pada masyarakat yang tinggal berdekatan dengan risiko bencana.

"Ada sebuah penelitian pada masyarakat di bantaran kali Ciliwung, sekitar 10 tahun yang lalu. Orang-orang itu tidak mau pindah dari kawasan itu karena mereka merasa ada masalah yang lebih berat yang harus mereka hadapi ketimbang banjir," kata Nurhadi.

"Mereka menganggap banjir itu relatif masih lebih bisa di-handle atau sekurang-kurangnya bisa diantisipasi," imbuhnya.

Baca juga: Zona Merah Covid-19: Naik Hampir 2 Kali Lipat, Jateng Terbanyak

Nurhadi berpendapat, situasi pandemi Covid-19 saat ini cukup mirip dengan situasi warga bantaran kali Ciliwung yang berisiko terkena banjir.

Warga bantaran Ciliwung memilih untuk tidak pindah tempat tinggal, karena menurut mereka banjir lebih mudah diatasi ketimbang mencari tempat tinggal baru.

Demikian pula, ada orang-orang yang menganggap bahwa Covid-19 cenderung masih bisa diatasi tanpa harus menerapkan protokol 3M secara ketat.

"Mereka lebih khawatir pada hal-hal lain yang itu menyangkut kehidupan dia, mata pencaharian dia, soal keluarga dia, anak-anak dia. Saya menduga, itu mungkin lebih mengkhawatirkan bagi kebanyakan orang," katanya lagi.

Baca juga: 6 Maskapai yang Mem-PHK Karyawan akibat Pandemi Corona

Ada tingkat kepercayaan yang turun

Nurhadi mengatakan, faktor lain yang turut memberi kontribusi bagi menurunnya tingkat kepatuhan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan adalah adanya inkonsistensi imbauan yang disampaikan oleh pemerintah dengan pelaksanaan kebijakan di lapangan.

"Orang kan selalu melihat yang di atas (pemerintah) dalam hal-hal semacam itu. Jadi yang ngasih contoh itu siapa sih, kalau kemudian yang menyuruh tidak bisa memberikan contoh ya orang akan menurun kepercayaannya," kata Nurhadi.

Terlebih lagi, penerapan protokol kesehatan menurut Nurhadi bersifat instruktif, padahal orang cenderung tidak suka ketika disuruh-suruh apalagi dipaksa.

Baca juga: CDC Perbarui Rekomendasinya soal Penggunaan Masker, Apa Perubahannya?

"Apalagi sesuatu yang tidak nyaman untuk mereka kerjakan. Karena pakai masker itu, misalnya, orang jadi tidak bisa berinteraksi secara leluasa dengan orang lain. Ini juga satu kendala," kata dia.

Nurhadi mengatakan, masyarakat Indonesia adalah masyarakat peralihan antara paternalistik menuju egaliter.

Karena masih bertransisi, orang-orang kemudian mengalami kebimbangan untuk memilih satu pijakan.

"Artinya perlu dikasih contoh, dan yang memberi contoh idealnya tidak hanya orang-orang yang menjabat, namun juga tokoh-tokoh masyarakat," kata Nurhadi.

Baca juga: Kasus-kasus Virus Corona, Klaim Pemimpin Negara, dan Contoh Keberhasilan Penanganan Covid-19

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com