Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas Beberapa Gunung Api Meningkat, Adakah Pemicu yang Berkaitan?

Kompas.com - 04/12/2020, 15:56 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa gunung api di Indonesia menunjukkan peningkatan aktivitas yang cukup signifikan.

Gunung Ile Lewotolok, gunung api yang berada di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami erupsi pada 27 November 2020 dan 29 November 2020.

Gunung Ile Lewotolok kini statusnya naik menjadi Siaga, dan masih terus mengalami erupsi hingga Kamis (3/12/2020). Situasi ini membuat ribuan warga mengungsi.

Selain Ile Lewotolok, Gunung Semeru yang berada di Jawa Timur juga mengalami erupsi pada Selasa (1/12/2020) dini hari.

Sebelum dua gunung api tersebut erupsi, mata publik tertuju ke Gunung Merapi ketika statusnya dinaikkan menjadi Siaga karena mengalami peningkatan aktivitas.

Baca juga: Merapi Siaga, Apa Indikator dan Perlu Berapa Tahun bagi Gunung Api Bisa Jadi Tidak Aktif?

Adakah fenomena yang memicu aktivitas sejumlah gunung api di Indonesia ini?

Tidak ada hubungan langsung

Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana mengatakan, peningkatan aktivitas gunung api yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan, tidak ada hubungannya secara langsung.

Dia menjelaskan, setiap gunung api memiliki sistem yang unik dan memiliki reservoir atau dapur magma masing-masing meskipun berasal dari sabuk vulkanik yang sama.

"Oleh karena itu, aktivitas gunung api yang satu dengan gunung api yang lain tidak berhubungan secara langsung," ujar Devy saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/12/2020).

Hingga saat ini, lanjut Devy, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa letusan satu gunung api dapat memicu letusan di gunung api lainnya.

Ia mengatakan, gunung api yang saat ini mengalami peningkatan aktivitas, seperti Gunung Merapi, Ile Lewotolok, dan Semeru berjarak ratusan kilometer.

Baca juga: Gunung Semeru Meletus Selasa Dini Hari

Penyebab letusan gunung api

Foto : Gunung Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata, NTT, alami erupsi, Jumat pagi. Kompas.com/Nansianus Taris Foto : Gunung Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata, NTT, alami erupsi, Jumat pagi. 

Devy menjelaskan, penyebab letusan gunung api berasal dari aktivitas magma yang terjadi pada masing-masing gunung api.

"Kalau terjadi bersamaan, memang itu kebetulan dalam kondisi yang bersamaan dapur magmanya sudah penuh dan siap untuk meletus," papar Devy.

Berdasarkan data PVMBG, peningkatan aktivitas maupun erupsi gunung api dalam waktu hampir bersamaan, selalu terjadi.  

"Saat ini sebagian masyarakat masih kaget dengan fenomena letusan bersamaan, ini sebetulnya dipicu oleh media sosial dan pemberitaan yang masif saja," kata dia.

Baca juga: Gunung Ile Lewotolok Meletus, Statusnya Naik Menjadi Level Siaga 

Dulu, sebagian besar masyarakat hanya mengetahui apa yang terjadi di sekitar mereka saja. Dengan perkembangan teknologi dan mudahnya penyebaran informasi, masyarakat bisa mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di dunia. 

"Begitu pun dengan letusan gunung api. Masyarakat baru melihat letusan Lewotolok atau baru melihat ada gunung api meletus bersamaan. Sebetulnya ini fenomena yang wajar," kata Devy.

Menurut dia, lama kelamaan masyarakat akan terbiasa dengan hal ini.  

"Kita adalah pemilik gunung api yang paling banyak meletus di dunia, dan ini bukanlah hal yang baru terjadi," ujar dia.

Baca juga: Pendakian Ditutup Sehari Sebelum Erupsi, Masih Adakah Pendaki di Gunung Semeru?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Tahapan Status Gunung Merapi Beserta Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan Masyarakat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com