Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Zaman Kegelapan, Benarkah Benar-benar Gelap?

Kompas.com - 29/11/2020, 19:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ojo dumeh

Seyogianya saya senantiasa berupaya berpegang teguh pada kearifan leluhur ojo dumeh agar jangan sampai takabur menghakimi kurun masa pada abad VI sampai dengan abad XVI sebagai Zaman Kegelapan.

Apabila dipandang dari nasib masyarakat pribumi Amerika, Australia, Afrika dan Asia sebenarnya zaman kegelapan justru baru dimulai pada abad XVII di mana bangsa-bangsa Eropa mulai menjajah bangsa-bangsa luar Eropa.

Seharusnya saya jangan lupa bahwa apa yang disebut sebagai peradaban pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berasal dari masa lalu sampai ke masa kini yang masih akan terus berkembang sampai ke masa depan.

Peradaban merupakan suatu proses kelirumologis umat manusia untuk senantiasa mengoreksi kekeliruan masa lalu untuk dikoreksi pada masa kini demi senantiasa lestari secara berkelanjutan mendekatkan manusia yang pada hakikatnya mustahil sempurna ke arah kesempurnaan di masa depan.

Begitu manusia merasa sudah sempurna maka berhentilah manusia mengoreksi diri yang sebenarnya mustahil sempurna maka berarti apa yang disebut sebagai peradaban mandeg alias berhenti di tempat.

Peradaban yang tidak berkembang akibat manusia berhenti mengoreksi kekeliruan diri berarti tidak layak disebut sebagai peradaban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com