Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia, Covid-19, dan Ancaman Kemiskinan Ektrem Global...

Kompas.com - 28/11/2020, 20:31 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Kemiskinan ekstrem global diperkirakan akan meningkat pada 2020 untuk pertama kalinya dalam lebih dari 20 tahun terakhir.

Hal itu mengemuka dalam laporan Bank Dunia baru-baru ini.

Pandemi virus corona menambah faktor yang memperlambat kemajuan pengentasan kemiskinan, selain konflik dan perubahan iklim.

Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...

Tahun ini, Covid-19 diperkirakan mendorong 88-115 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem dan meningkat menjadi 150 juta pada 2021, bergantung pada tingkat keparahan kontraksi ekonomi.

Dalam hal ini, kemiskinan ekstrem didefinisikan dengan hidup dengan kurang dari 1,90 dollar AS sehari.

Tingkat kemiskinan itu kemungkinan akan mempengaruhi antara 9,1-9,4 persen dari populasi dunia pada 2020.

Baca juga: Ancaman Kelaparan dan Potret Kondisi TKI di Malaysia Saat Pandemi Corona...

Tambahan orang miskin baru

Tukang rongsokan tengah istirahat di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (22/4/2020). Di tengah pandemi Covid-19 dalam situasi yang sangat berat, pemerintah mengumumkan akan terjadi peningkatan jumlah angka kemiskinan.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Tukang rongsokan tengah istirahat di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (22/4/2020). Di tengah pandemi Covid-19 dalam situasi yang sangat berat, pemerintah mengumumkan akan terjadi peningkatan jumlah angka kemiskinan.

Jika tidak ada pendemi, tingkat kemiskinan diperkirakan akan turun menjadi 7,9 persen tahun ini.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa banyak orang miskin baru akan berada di negara-negara dengan tingkat kemiskinan tinggi.

Sejumlah negara berpenghasilan menengah akan melihat sejumlah besar orang tergelincir di bawah garis kemiskinan ekstrem.

Baca juga: Covid-19, Mungkinkah Jadi Penyebab Gigi Lepas?

Sekitar 82 persen dari total kemiskinan global akan berada di negara-negara berpenghasilan menengah.

Konvergensi pandemi Covid-19 dengan tekanan konflik dan perubahan iklim akan membuat tujuan untuk mengakhiri kemiskinan pada 2030 (3 persen) menjadi tak realistis.

Data kemiskinan global baru untuk 2017 menunjukkan bahwa 52 juta orang keluar dari kemiskinan antara 2015 dan 2017.

Baca juga: Imbas Lockdown, Warga Miskin Myanmar Konsumsi Tikus dan Ular

Kemiskinan global

Namun, laju pengurangan melambat menjadi kurang dari setengah poin persentase per tahun antara 2015 dan 2017.

Kemiskinan global juga telah turun di tingkat sekitar 1 poin persentase per tahun antara 1990 dan 2015.

Namun, virus corona bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi peningkatan tren itu.

Baca juga: Ramai di Twitter, Ini Penjelasan Pihak Pengelola soal Embun Es di Dieng

Konflik dan perubahan iklim juga menjadi penghambat pengentasan kemiskinan global.

Lebih dari 40 persen kaum miskin global tinggal di negara-negara yang terkena dampak konflik dan kekerasan.

Sementara itu, sekitar 132 juta orang miskin global tinggal di daerah dengan risiko banjir yang tinggi.

Di beberapa negara, sebagian besar masyarakat miskin tinggal di daerah yang terkena dampak konflik dan sering terdampak banjir.

Karenanya, Bank Dunia memberikan rekomendasi untuk pendekatan dua jalur yang saling melengkapi, yaitu menanggapi secara efektif krisis mendesak dalam jangka pendek sambil terus berfokus pada masalah-masalah pembangunan mendasar, termasuk konflik dan perubahan iklim.

Baca juga: Viral, Video Ambulans Bawa Pasien Covid-19 di Jatim Lawan Arus Berujung Tabrak Motor yang Dikendarai Polisi

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Angka Kemiskinan Era Soeharto Hingga Jokowi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com