KOMPAS.com - AstraZeneca bersama Universitas Oxford menjadi salah satu pihak yang telah mengumumkan data awal hasil uji coba fase 3 terhadap kandidat vaksin virus corona.
Sebelumnya, terdapat Pfizer dan Moderna juga mengumumkan data awal dari uji coba fase 3 masing-masing kandidat vaksin Covid-19, dengan klaim efektivitas hingga 90 persen.
Dilansir CNN, Jumat (27/11/2020), AstraZeneca mengumumkan berdasarkan data awal dari uji coba fase 3, kandidat vaksinnya memiliki tingkat efektivitas rata-rata sebesar 70 persen.
Hasil ini melegakan banyak pihak, karena ada alternatif kandidat vaksin lain dengan tingkat efektivitas yang menjanjikan.
Namun, sejumlah pakar mempertanyakan sejumlah aspek dari data yang dipublikasikan AstraZeneca, terutama berkaitan dengan perbedaan dosis dan jumlah relawan uji coba.
Baca juga: AstraZeneca: Vaksin Corona Efektif 90 Persen dalam Uji Coba Tahap 3
Pada Senin (23/11/2020), AstraZeneca memaparkan peserta uji coba fase 3 di Inggris mengikuti dua program vaksin Covid-19 yang berbeda.
Namun, pada waktu itu, AstraZeneca tidak menjelaskan alasan mereka menggunakan dua dosis vaksin yang berbeda atau alasan membagi peserta menjadi dua kelompok dengan jumlah peserta masing-masing kelompok yang jauh berbeda.
Kelompok pertama yang terdiri dari 2.741 relawan, awalnya menerima setengah dosis vaksin, dan kemudian menerima dosis penuh setelah satu bulan. Hasilnya, kelompok pertama 90 persen terlindung dari Covid-19.
Kelompok kedua yang terdiri dari 8.895 relawan, awalnya menerima satu dosis penuh vaksin, dan kembali menerima dosis yang sama setelah satu bulan. Hasilnya, kelompok kedua 62 persen terlindung dari Covid-19.
AstraZeneca kemudian berkesimpulan, tingkat efektivitas dari kandidat vaksin mereka secara rata-rata adalah 70 persen.
Namun, beberapa ilmuwan mempertanyakan alasan perusahaan itu melaporkan hasil gabungan dari dua uji coba yang berbeda. Pasalnya, hal tersebut menyimpang dari standar pelaporan uji klinis.
Baca juga: 5 Hal soal Vaksin AstraZeneca dan Oxford, dari Efektivitas hingga Harga
Pertanyaan tambahan mengemuka, setelah pada Selasa (24/11/2020) Executive Vice President AstraZeneca Mene Pangalos mengatakan pada Reuters bahwa sebuah kesalahan lab telah menyebabkan sebagian relawan menerima dosis yang lebih kecil.
Dosis tersebut adalah yang terbukti 90 persen efektif.
"Alasan kami memberikan setengah dosis adalah kebetulan," kata Pangalos.
Dalam sebuah pernyataan, diberitakan CNN pada Rabu (25/11/2020), Manajer Komunikasi Program Vaksin Oxford mengatakan pemilihan dosis untuk setiap vaksin baru adalah sesuatu yang rumit.