KOMPAS.com - Masyarakat terutama kalangan muda-mudi tengah menggandrungi fenomena thrifting atau membeli barang bekas untuk menghemat pengeluaran maupun mendukung pencegahan limbah tekstil.
Diketahui, memakai barang bekas dikhawatirkan menimbulkan suatu penyakit yang berpengaruh pada kesehatan kulit.
Apalagi pakaian merupakan benda yang melekat pada tubuh seseorang dalam jangka waktu lama.
Kendati begitu, sebaiknya calon pembeli lebih selektif dan jeli dalam memilih dan memilah barang bekas.
Baca juga: Mengenal Fenomena Thrift, Upaya Penghematan dengan Beli Pakaian Bekas
Lantas, bagaimana antisipasi terkait penggunaan pakaian bekas tersebut agar terhindar dari penyakit kulit utamanya?
Staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Jenderal Soedirman (Unsoed)/RSUD Prof Dr Margono Soekardjo, Ismiralda Oke Putranti mengatakan, produk thrift sangat bisa menyebabkan penyakit pada kulit.
Menurutnya, hal ini dikarenakan karena calon pembeli tidak pernah mengetahui pemilik sebelumnya memiliki penyakit kulit apa.
"Beberapa penyakit yang dapat menular secara tidak langsung melalui pakaian, topi, dan lainnya, terutama infeksi jamur dan infeksi parasit (terutama kutu)," ujar Oke saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.
Baca juga: Viral Unggahan Penambahan Gula Pasir pada Sampo Bikin Kulit Kepala Bersih dan Sehat, Benarkah?
Oke menjelaskan, infeksi jamur dapat ditularkan dari pemilik baju sebelumnya, seperti panu dan kurap (tinea korporis).
Selain itu, topi bekas juga dapat menjadi sumber penularan infeksi jamur kepala.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan