Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Vaksin Alami Menghadapi Corona

Kompas.com - 23/11/2020, 13:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


SEBELUM virus Corona dari China akhirnya merambah masuk ke persada Nusantara, sempat beredar guyonan bahwa bangsa Indonesia kebal virus Corona sebab secara alami sudah memvaksinasi diri dengan lingkungan hidup yang tidak higienis sehingga memiliki daya-tahan alias imunitas alami cukup kuat untuk melawan angkara murka virus Corona.

Bantargebang

Sejak maklumat Presiden Jokowi dicanangkan pada 2 Maret 2020 terbukti bahwa virus Corona sudah masuk ke bumi Indonesia. Bahkan, sampai saat naskah ini ditulis Corona masih merajela menyerang lebih dari dua ratus warga serta telah menelan korban belasan ribu nyawa warga Indonesia.

Terbukti bahwa guyonan bangsa Indonesia kebal Corona benar-benar sekadar guyonan tetapi guyonan sama sekali tidak lucu.

Namun di sisi lain guyonan tidak lucu itu ada benarnya juga apabila secara khusus kita menyimak kenyataan yang terjadi di Bantargebang, terutama di kawasan pusat pembuangan sampah yang dibuang oleh masyarakat Jakarta.

Para warga yang bermukim di bedeng-bedeng kardus di antara bukit-bukit sampah di kawasan Bantargebang jelas hidup di lingkungan yang sangat amat terlalu tidak higienis menurut kaidah Kemenkes, BPOM mau pun WHO.

Namun secara faktual mau pun statistikal terbukti bahwa secara menakjubkan para warga termasuk anak-anak yang bermukim di bedeng-bedeng kardus dengan segala ketidak-higienisnya seolah telah memperoleh vaksin bukan buatan manusia namun vaksi alami demi bertahan sehat dalam menghadapi aneka-ragam penyakit termasuk Corona.

Anugerah

Ternyata istilah yang kerap dicemooh seperti “Nanti sembuh sendiri” ada benarnya juga.

Ternyata nasihat ibunda saya, para dokter mau pun ilmuwan kesehatan agar apabila saya menderita gejala penyakit flu sebaiknya jangan langsung minum obat apalagi langsung ke dokter namun melakukan istirahat jawa-raga demi membiarkan tubuh saya secara alami membangun daya-tahan melawan penyakit mengandung makna kebenaran.

Ternyata Yang Maha Kuasa secara kodrati menganugerahkan berkah serta kurnia daya imunitas alami kepada segenap mahluk hidup termasuk manusia yang siap mengadapatasikan diri terhadap berabagai ancaman penyakit.

Ojo dumeh

Namun tentu saja naskah ini tetap bersifat ojo dumeh agar jangan sampai kita bersikap takabur namun tetap eling lan waspodo dalam upaya menjaga kesehatan masing-masing.

Terutama dalam menghadapi virus Corona, jangan sampai lupa pakai masker dan jangan berkerumun bukan hanya demi kepentingan diri sendiri namun justru demi kepentingan bersama.

Di sisi lain akhlak kerendahan hati yang tersirat di dalam ojo dumeh juga perlu dimiliki oleh para dokter, apoteker, penyehat alami, obat farmasi, obat nabati, jamu maupun para ilmuwan kesehatan penerima anugerah Nobel agar jangan sampai takabur merasa diri sendiri adalah yang paling mampu menanggulangi penyakit. Jangan!

Kita harus senantiasa eling bahwa akhirnya apa yang disebut sebagai kesehatan bahkan kehidupan tetap sepenuhnya berada di bawah kekuasaan kehendak Yang Maha Kuasa.

Pada saat Yang Maha Kuasa berkehendak saya sembuh maka sembuhlah saya. Pada saat Beliau berkehendak saya mati maka matilah saya!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com