Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Vaksin Corona yang Efektivitasnya Diklaim Mencapai 90 Persen

Kompas.com - 21/11/2020, 13:30 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Munculnya virus corona jenis baru yang diidentifikasi akhir tahun lalu, membuat perusahaan-perusahaan farmasi di berbagai negara berlomba menciptakan vaksin untuk membantu mengakhiri pandemi.

Vaksin yang aman dan efektif diharapkan dapat segera tersedia, dengan harapan melindungi siapa pun dan memperbaiki keadaan yang telah diporakporandakan oleh pandemi virus corona.

Dalam perjalanannya, pengembangan vaksin yang efektif dan aman membutuhkan waktu tidak sebentar.

Vaksin harus melalui proses uji klinis tiga tahap sebelum akhirnya disetujui dan bisa digunakan.

Baca juga: Mengenal 9 Kandidat Vaksin Virus Corona

Sementara itu, beberapa kandidat vaksin yang dikembangkan sejumlah negara telah sampai pada tahap akhir pengujian dan mengklaim keefektifannya mencapai 90 persen.

Apa saja?

1. Pfizer dan BioNTech

Pfizer Inc yang bekerja sama dengan perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech mengklaim kandidat vaksin yang dikembangkannya 95 persen efektif dan tidak memiliki efek samping serius.

Melansir New York Times, data menunjukkan bahwa vaksin mencegah Covid-19 yang ringan dan parah.

Vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech disebut dengan nama BNT162b2, dengan menggunakan m-RNA.

Baca juga: Profil AstraZeneca, Penyedia 100 Juta Vaksin Corona untuk Indonesia

Teknologi ini sebelumnya digunakan Jerman dalam pengembangan vaksin kanker eksperimental.

Uji coba fase dua dan tiga digabungkan dan mulai dilakukan pada 27 Juli 2020.

Sukarelawan yang diuji pada fase ini berasal dari berbagai daerah dengan penularan SARS-CoV-2 signifikan.

Tinjauan regulasi atas vaksin Pfizer dan BioNTech diharapkan didapat sebelum akhir tahun.

Sementara hasil awal dari uji fase satu dan dua menunjukkan vaksin menghasilkan antibodi dan respons sel-T yang spesifik untuk SARS-CoV-2.

Baca juga: Simak, Ini 15 Makanan yang Sebaiknya Dihindari agar Sistem Imun Kuat

2. Moderna

Tanda masuk ke kantor Moderna di Norwood, Massachussets, Amerika Serikat. Moderna telah melakukan uji coba vaksin corona ke manusia pada awal Maret. Foto diambil pada 25 Februari 2020.CJ GUNTHER/EPA-EFE Tanda masuk ke kantor Moderna di Norwood, Massachussets, Amerika Serikat. Moderna telah melakukan uji coba vaksin corona ke manusia pada awal Maret. Foto diambil pada 25 Februari 2020.

Perusahaan Moderna Inc mengklaim kandidat vaksinnya mempunyai efektivitas 94,5 persen, berdasarkan data awal uji klinis fase tiga.

"Analisis sementara yang positif dari studi tahap tiga kami telah memberi validasi klinis pertama bahwa vaksin dapat mencegah penyakit Covid-19, termasuk penyakit parah," ujar CEO Moderna dikutip dari CNBC, 16 November 2020.

Analisis tersebut mengevaluasi 95 kasus infeksi Covid-19 yang dikonfirmasi di antara 30.000 peserta uji coba.

Sebanyak 90 kasus yang diamati merupakan kelompok plasebo, yang dibandingkan dengan 5 kasus pada kelompok penerima dua dosis vaksin.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal OTG pada Covid-19

Selain itu, Moderna menyebut tidak ditemukan masalah keamanan yang signifikan pada vaksinnya.

Secara umum, vaksin aman dengan sebagian efek samping yang dapat ditoleransi dengan kategori ringan atau sedang.

Efek sampingnya seperti nyeri di lokasi suntikan, kelelahan, nyeri otot, dan sakit kepala.

Untuk diketahui, perusahaan bioteknologi yang berbasis di Massachusetts ini bekerja sama dengan National Institues of Health mengembangkan vaksin corona bernama mRNA-1273.

Vaksin bergantung pada penyuntikan potongan materi genetik virus, mRNA, ke dalam sel manusia.

Baca juga: Vaksinasi Mundur Desember, Ini Update Uji Klinis Vaksin di Bandung

3. Gamaleya

Seorang peneliti bekerja di dalam laboratorium di Institut Penelitian Gamaleya selama proses pengetesan dan produksi vaksin virus corona di Moskwa, Rusia, pada 6 Agustus 2020. Rusia mengklaim menjadi negara pertama yang menciptakan vaksin virus corona, dan diberi nama Sputnik V.THE RUSSIAN DIRECT INVESTMENT FUND/Handout via REUTERS Seorang peneliti bekerja di dalam laboratorium di Institut Penelitian Gamaleya selama proses pengetesan dan produksi vaksin virus corona di Moskwa, Rusia, pada 6 Agustus 2020. Rusia mengklaim menjadi negara pertama yang menciptakan vaksin virus corona, dan diberi nama Sputnik V.

Vaksin Sputnik V Rusia yang dikembangkan Gamaleya Center, juga mengklaim keefektifan vaksinnya mencapai 92 persen.

Vaksin terbukti manjur di antara sekelompok sukarelawan yang menjadi bagian dari uji coba fase tiga.

Kendati begitu, laporan awal kemanjuran vaksin Sputnik V belum dipublikasikan dalam jurnal medis yang ditinjau sejawat.

Baca juga: Saat Rusia Mulai Produksi Vaksin Corona Sputnik V Kloter Pertama...

Sebagai tambahan informasi, Rusia menjadi negara pertama yang mendaftarkan dan menyetujui vaksin virus corona.

Gamaleya mengembangkan vaksin vektor virus menggunakan versi lemah adenovirus penyebab flu biasa utuk memperkenalkan lonjakan protein virus SARS-CoV-2 ke tubuh.

Vaksin menggunakan dua jenis adenovirus, dengan suntikan kedua diberikan setelah 21 hari untuk meningkatkan respons kekebalan.

Baca juga: Vaksin Virus Corona dari Rusia Sputnik V, Bagaimana Cara Kerjanya?

4. Sinovac

Satu paket vaksin eksperimental untuk Covid-19 di Quality Control Laboratory di the Sinovac Biotech, Beijing, China. Gambar diambil pada 29 April 2020. AFP/NICOLAS ASFOURI Satu paket vaksin eksperimental untuk Covid-19 di Quality Control Laboratory di the Sinovac Biotech, Beijing, China. Gambar diambil pada 29 April 2020.

Vaksin virus corona eksperimental yang dikembangkan Sinovac Biotech, CoronaVac, memicu respons imun yang cepat namun menghasilkan tingkat antibodi lebih rendah daripada orang yang sudah pulih dari penyakit Covid-19.

Diberitakan Aljazeera, 18 November 2020, para peneliti mengatakan vaksin CoronaVac memberikan perlindungan yang cukup.

CoronaVac dan empat vaksin emsperimental lainnya yang dikembangkan di China saat ini tengah menjalani uji coba tahap akhir untuk menentukan keefektifannya dalam mencegah Covid-19.

"Penemuan kami menunjukkan bahwa CoronaVac mampu memicu respons antibodi yang cepat dalam empat minggu setelah imunisasi dengan memberikan dua dosis vaksin pada interval 14 hari," ujar Zhu Fengcai dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Jiangsu di Nanjing.

"Kami yakin ini membuat vaksin cocok untuk penggunaan darurat selama pandemi," lanjut dia.

Baca juga: Sinovac Optimistis Vaksin Virus Corona Siap Awal 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com