"Erupsi freatik biasanya hanya mengeluarkan hujan abu, pasir, atau kerikil. Tahun 1768-2014, erupsi freatik pernah terjadi 19 kali di Merapi," kata Hanik.
Tipe erupsi vulkanian
Tipe ini merupakan erupsi eksplosif yang terjadi tanpa pertumbuhan kubah lava.
Erupsi vulkanian memiliki kekuatan menengah, yaitu dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) 2.
Adapun VEI sendiri merupakan ukuran dari kekuatan letusan gunung api.
Tipe erupsi suplinian
Tipe ini ditandai dengan semburan gas vulkanik dan abu vulkanik yang menyembur tinggi.
Hanik menjelaskan, letusan Merapi 2010 silam bertipe suplinian ini.
"Kalau yang letusan 2010, masuk yang tipe suplinian ini, erupsi tertingginya Merapi. Kalau kita bilang eksplosifitas indeksnya empat. Umumnya Merapi itu 2," terang Hanik.
Tipe erupsi Merapi
Tipe erupsi ini memang mengadopsi nama Gunung Merapi karena erupsi tersebut menjadi salah satu ciri khas Merapi.
Dalam erupsi tipe Merapi, magma dari dalam tubuh gunung api keluar secara efusif atau tanpa disertai ledakan, lalu membentuk kubah lava.
Setelah kubah lava terbentuk dan magma masih terus mengalami ekstrusi atau keluar dari permukaan, volume kubah lava akan kian membesar dan akhirnya runtuh.
Keruntuhan kubah lava itu bisa menghasilkan awan panas yang membahayakan masyarakat.
Tipe erupsi Merapi plus eksplosif
Saat erupsi tipe ini terjadi, kubah lava juga akan terbentuk dan kemudian mengalami keruntuhan sehingga menghasilkan awan panas.
Adapun tipe erupsi Merapi yang disertai erupsi eksplosif ini merupakan yang paling banyak terjadi di Gunung Merapi.
"Tipe ini ya tipe Merapi tadi ditambah dengan adanya konten gas yang tinggi sehingga dia menyebabkan eksplosifitas," kata Hanik.
Baca juga: Merapi Siaga, Apa Indikator dan Perlu Berapa Tahun bagi Gunung Api Bisa Jadi Tidak Aktif?