"Kalau bermigrasi bisa mencampuri, tapi harus dalam kondisi tertentu," ujar Ghozali.
Keberadaannya bahkan dapat ditemukan pada kebanyakan urin orang dewasa, namun hanya dalam jumlah kecil.
Baca juga: Mengapa Pandemi Corona Picu Lonjakan Limbah Plastik di Asia Tenggara?
Sementara PET adalah Polietilena tereftalat, resin polimer plastik termoplast dari kelompok poliester.
Berbeda dengan BPA, Ghozali menyebut bahan plastik yang mengandung zat ini cenderung lebih aman bagi kesehatan.
"PET aman untuk makanan dan minuman, botol air mineral umumnya dari PET," jawabnya singkat.
Mengutip Waste for Change, PET banyak digunakan untuk mengemas makanan dan minuman, karena memiliki kemampuan yang baik untuk mencegah oksigen masuk dan merusak produk.
Organisasi Petresin menyebut bahan plastik jenis yang satu ini memiliki ciri-ciri bening, kuat, dan ringan.
Sehingga banyak digunakan untuk mengemas produk minuman dalam ukuran kecil.
PET juga berfungsi menjaga karbon dioksida yang terdapat dalam produk minuman berkarbonasi agar tidak keluar.
Baca juga: Jangan Asal Pakai, Kenali 7 Jenis Plastik dan Bahaya Kesehatannya
Meski disebut aman, namun PET ini juga ternyata tetap menyimpan risiko tersendiri.
Jenis plastik yang terbuat dari zat ini mengandung antimon trioksida yang dianggap bersifat karsinogen.
Kandungan itu bisa menyebabkan tejadinya kanker pada sel-sel tubuh.
Botol atau kemasan makanan berbahan plastik PET yang disimpan dalam temperatur hangat, dalam waktu yang lama, misalnya di dalam mobil dan ruang penyimpanan tertutup lain, disebut dapat meningkatkan pelepasan bahan berbahaya.
Terkait kekhawatiran sampah plastik akan meningkat dampak dari pemakaian galon sekali pakai, pihak produsen galon sekali pakai Le Minerale membantah hal itu.