KOMPAS.com - Facebook memperpanjang larangan iklan politik dan isu sosial di Amerika Serikat selama satu bulan ke depan.
Kebijakan itu disampaikan Facebook lewat situs webnya pada Rabu (11/11/2020).
Awalnya, Facebook menghentikan semua iklan pemilu, politik, dan isu sosial di Amerika Serikat (AS) mulai Rabu, 4 November 2020.
Meski memasang perkiraan satu bulan lagi, Facebook tidak menutup kemungkinan membuka larangan lebih cepat.
"Jeda sementara atas iklan politik dan masalah sosial di AS terus dilakukan sebagai bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk melindungi pemilu," tulis Facebook.
Kebijakan Facebook untuk menghentikan pembaruan pelacak belanja perpustakaan iklan (ad library spending tracker) juga masih berlaku sejak 4 November 2020.
Di tengah perpanjangan larangan iklan, Facebook tetap memberlakukan kebijakan untuk mengarahkan orang masuk ke Pusat Informasi Pemungutan Suara guna memperoleh informasi terpercaya mengenai proses penghitungan suara.
Di pusat informasi itu, akan didapati hasil terbaru pemilihan presiden, senat AS, dan DPR AS melalui kemitraan Facebook dengan Edison Research and Reuters.
Usai pemungutan suara ditutup, Facebook memberlakukan notifikasi pemenang pemilihan presiden AS berdasarkan proyeksi media di bagian atas platform Facebook dan Instagram.
Sementara itu, kubu Demokrat menilai larangan iklan di Facebook bisa menghambat upaya kampanye digital mereka untuk mengamankan kursi senat pada pemilihan putaran kedua di negara bagian Georgia pada Januari 2021.
Dilansir dari The Verge, tanpa iklan Facebook, pejabat Demokrat khawatir mereka tidak akan dapat menggunakan momentum dari kemenangan Joe Biden untuk menarik pemilih secara online.
"Jika Facebook dan Google benar-benar tidak mampu meninjau dan menjalankan iklan Senat Georgia dengan aman tanpa membuka pintu disinformasi berbayar di platform mereka, itu adalah dakwaan yang memberatkan model bisnis mereka sendiri," kata Nicole Gill, direktur eksekutif grup advokasi kebijakan teknologi Akuntabel Tech.
Gill mengatakan Facebook dan Google sudah gagal mengekang penyebaran teori konspirasi yang dirancang untuk mendelegitimasi pemilihan AS.
Menurutnya, konten organik yang menipu terus mendorong krisis disinformasi media sosial, bukan konten berbayar.
"Mencegah kampanye lewat iklan untuk memberi tahu warga Georgia tentang bagaimana dan mengapa berpartisipasi dalam pemilihan putaran kedua ini secara aktif berbahaya bagi demokrasi," tutur Gill.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.