Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Ketiga Covid-19, Iran Kembali Tutup Masjid dan Sekolah

Kompas.com - 01/11/2020, 15:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Iran akan menutup sejumlah layanan publik dan bisnis di 25 provinsi selama 10 hari, mulai Rabu (4/11/2020). 

Tindakan ini dilakukan di tengah ancaman gelombang ketiga virus corona di negara itu. 

Layanan publik yang ditutup pada pembatasan baru ini adalah masjid, sekolah, universitas, salon, kafe, gym, museum, teater, dan kolam renang.

Di Teheran, penutupan salon kecantikan, kedai teh, bioskop, perpustakaan, dan klub kebugaran telah diperpanjang selama seminggu.

Untuk menegakkan kedisiplinan, polisi akan melakukan sidak ke tempat bisnis di daerah berisiko tinggi lainnya serta menutup apa pun yang melanggar aturan kesehatan.

Pernikahan, pertemuan pemakaman, dan konferensi di ibu kota telah dilarang.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 8 Juni: 7 Juta Orang Terinfeksi | Gelombang Kedua Virus Corona di Iran

Peningkatan tajam

Melansir Arab News, Minggu (1/11/2020), pihak berwenang menyalahkan peningkatan tajam kasus infeksi Covid-19 ini kepada orang-orang yang melanggar pembatasan.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa markas operasi akan didirikan demi memastikan kepatuhan warga.

Iran dinilai lambat dalam merespons pandemi ketika kasus pertama muncul di negara itu pada Februari 2020.

Kini, Iran menjadi negara yang paling terdampak di Timur Tengah dan salah satu yang tertinggi di Benua Asia.

Baru-baru ini, negara itu mencatat rekor kematian harian dan infeksi tertinggi yang meningkat sejak September 2020.

Baca juga: Gelombang Kedua Corona Iran: 3 Hari Berturut-turut Laporkan 3.000 Kasus

612.000 kasus

Pada Sabtu (31/10/2020), Juru Bicara Kementerian Kesehatan Sima Sadat Lari melaporkan 7.820 kasus baru dalam 24 jam, sehingga total menjadi 612.000 kasus.

Sementara itu, tambahan 386 kematian baru membuat total kematian akibat virus corona mencapai 34.864.

Sebagian besar analis meyakini bahwa angka kasus sebenarnya lebih tinggi.

"Penyebaran penyakit, terutama di Kota Teheran lebih buruk dari yang telah diungkapkan pemerintah sejauh ini," tulis harian Etemad pada Sabtu (31/10/2020).

Sebelumnya, seruan penguncian penuh secara nasional telah ditentang oleh Rouhani karena kondisi ekonomi yang memburuk di bawah sanksi AS.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Irak Invasi Iran, Konflik Dua Negara Teluk

Seorang dokter terkemuka mengatakan kematian setiap hari bisa mencapai 900 kecuali tindakan yang lebih keras diambil.

"Negara atau kota berisiko tinggi harus dikarantina sepenuhnya selama dua hingga tiga minggu," kata Alireza Naji, Kepala Departemen Virologi di rumah sakit penyakit pernapasan top Iran, Masih Daneshvari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com