Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kasus Kartun di Perancis dan Pelajaran dari Indonesia

Kompas.com - 01/11/2020, 11:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KETIKA sedang sibuk berupaya menimba ilmu musik, seni rupa dan manajemen di Jerman yang pada masa itu masih terbelah dua, saya berupaya mencari nafkah sebagai tukang pasang ubin, tukang bubut di pabrik kunci, penjual kupon di cafeteria mahasiswa, termasuk juga kartunis tetap di koran Jerman Muenstersche Zeitung di mana setiap hari saya diwajibkan harus bikin kartun demi memperoleh honor yang saya butuhkan demi menyambung hidup di negeri orang

Kebebasan

Mujur Jerman menganut paham kebebasan mengungkap pendapat maka saya bebas merdeka leluasa mengumbar kreativitas saya tanpa takut disensor.

Namun saya kaget ketika serial kartun tokoh malaikat yang saya tampilkan sebagai sosok malaikat versi Nasrani ditolak oleh redaksi koran di mana saya bekerja.

Ketika saya protes sebab merasa hak asasi saya untuk berekspresi dilanggar oleh redaksi koran Jerman, Sang Pemimpin Redaksi tenang menegaskan bahwa kebebasan mengungkap pendapat sama sekali bukan berarti kebebasan menghina.

Ketika saya lanjut protes dengan alasan saya Nasrani tetapi sama sekali tidak merasa terhina apabila malaikat versi Nasrani dikartunkan, kembali Sang Pimred tenang menegaskan bahwa tidak semua orang memiliki ambang batas merasa terhina sama dengan saya.

Pendek kata serial kartun malaikat versi Nasrani saya tetap ditolak untuk dipublikasikan oleh koran Jerman yang menganut mazhab kebebasan pers mau pun kebebasan mengungap pendapat.

Sekembali ke Indonesia pada masa Orba, saya mengirimkan serial kartun malaikat versi Nasrani ke redaksi harian Kompas yang ternyata tidak menolaknya karena sang tokoh saya ganti menjadi Gatotkaca.

Andaikata saya menokohkan Pak Harto dijamin pasti ditolak oleh redaksi harian Kompas yang tidak ingin korannya dibredel!

Charlie Hebdo

Maka ketika pada tahun 2006 terjadi tragedi Charlie Hebdo di Paris, sebagai sesama kartunis saya menyampaikan belasungkawa atas gugurnya para kartunis majalah Charlie Hebdo akibat angkara murka kaum teroris diiringi pesan bahwa sebaiknya para teman-teman kartunis di Perancis menghindari kartun yang bisa menyinggung perasaan umat Islam yang de facto jumlahnya sudah cukup banyak bermukim di Perancis abad XXI.

Masih begitu banyak tema lain di planet bumi tersedia untuk dikartunkan.

Baca juga: Perancis: Sekularisme, Kartun Nabi Muhammad, dan Sikap Presiden Macron

Sayang, mungkin akibat pesan saya sampaikan dalam bahasa bukan Perancis tapi Indonesia, maka pesan saya tidak digubris sesama kartunis di Perancis.

Malah terbukti pada tahun 2020 kembali kartunis Charlie Hebdo membuat kartun yang menyinggung perasaan kaum Muslim bukan hanya di Perancis namun di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Indonesia

Jangan tafsirkan saya berat sebelah akibat menyalahkan hanya para kartunis. Sama sekali tidak! Saya sangat amat terlalu tidak setuju perilaku kekerasan ragawi yang dilakukan oleh pihak yang merasa tersinggung akibat kartun Charlie Hebdo.

Apa pun alasannya terhadap kasus apa pun termasuk penistaan agama, seyogianya manusia di negara hukum tidak boleh -sebab tidak layak- main hakim sendiri apalagi melakukan pembinasaan sesama manusia!

Masih tersedia jalur hukum atau demo tanpa kekerasan atau boikot seperti yang Gus Dur sarankan ketika umat Muslim di Indonesia menghadapi kasus dugaan kandungan lemak di dalam bumbu masak.

Memang alangkah indahnya apabila seluruh dunia berpaling ke Indonesia melihat bagaimana ketika menghadapi masalah apa pun, umat muslim di Indonesia senantiasa gigih berjuang menunaikan jihad al nafs demi menaklukkan diri sendiri sehingga selalu menghindari kekerasan ragawi apalagi membinasakan sesama umat manusia yang jelas melanggar hukum mau pun hak asasi manusia sekaligus juga melanggar ajaran agama tentang kasih-sayang dan kemanusiaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com