KOMPAS.com - Pandemi virus corona membuka kesadaran semua orang untuk tetap menjaga imunitas tubuh melalui berolahraga.
Salah satu kegiatan olahraga yang mulai banyak digemari adalah bersepeda. Bahkan, penjualan sepeda di kala pandemi meningkat tajam.
Sayangnya, meningkatnya tren bersepeda ini justru diiringi dengan kejahatan terhadap para pesepeda yang semakin tinggi.
Baca juga: Viral, Video Sepeda Treadmill di Semarang, Ini Cerita Selengkapnya
Berikut sejumlah contohnya:
Pada Kamis (29/10/2020) pagi, tiga orang pesepeda di Yogyakarta diduga menjadi korban penyiraman air keras saat sedang gowes.
"Kejadian waktu itu sedang gowes sendiri karena suami suruh jalan dulu. Mereka teman-teman berangkat nyusul," kata salah satu korban bernama Della, Jumat (30/10/2020).
Saat sedang mengayuh sepedanya, tiba-tiba seseorang tak dikenal menyiramkan cairan ke arahnya.
Baca juga: Viral, Video Detik-detik Kecelakaan Dua Sepeda Motor Adu Banteng di Wajo
Beruntung cairan yang diduga air keras itu tak sampai melukai kulitnya.
"Alhamdulillah kulit saya aman. Saya ngeh-nya juga celana saya rusak pas sudah sampai rumah," tandasnya.
Menurut dia, ada dua pesepeda lain yang juga mengalami kejadian serupa di waktu berdekatan.
Baca juga: 5 Hal Seputar Sepeda Kreuz, Disebut Mirip Brompton hingga Dipesan Jokowi
Selain penyiraman air keras, aksi kejahatan yang banyak menimpa pesepeda belakangan adalah pembegalan dan penjambretan.
Pada Rabu (21/10/2020), seorang pesepeda menjadi korban penjaambretan di sekitar Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat.
Saat kejadian, korban yang merupakan seorang karyawan swasta sedang bersepeda bersama teman-temannya.
Baca juga: Dibanderol Harga Tinggi, Apa Keunggulan Sepeda Lipat?
Di tengah perjalanan, korban sempat terpisah dengan temannya. Saat itulah pelaku mengambil handphone korban.
Tak hanya masyarakat sipil, anggota marinir yang bernama Kolonel Marinir Pangestu Widiatmoko pun nyaris menjadi korban begal.
Sementara Kadispen Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) Letkol Marinir Gugun Saiful Rachman mengatakan, Pangestu sedang mengendarai sepeda dari kediamannya dan terjatuh ketika berada di Jalan Medan Merdeka Barat, tepatnya di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO).
Gugun melanjutkan, kecelakaan tersebut diduga diakibatkan adanya aksi percobaan pencurian.
Baca juga: Viral, Video Seorang Pria di Langsa Rusak Knalpot Sepeda Motornya Sendiri, Apa Sebabnya?
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (LEMKAPI) Edi Saputra Hasibuan mengatakan, minimnya pengamanan pesepeda menjadi salah satu faktor maraknya aksi kejahatan yang menimpa pesepeda.
"Selama ini mungkin pelaku melihat pengamanan agak tidak terlalu ketat terhadap pesepeda," kata Edi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (31/10/2020).
Di satu sisi, banyak pesepeda yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Hal ini merupakan peluang baru bagi pelaku kejahatan.
Baca juga: Selain Motif Ekonomi, Kenapa Banyak Orang Tertarik Jadi Wakil Rakyat?
Meski motifnya beragam, tetapi Edi menilai aksi kejahatan yang menimpa pesepeda ini cenderung bermotif perampokan.
"Sangat sedikit jumlahnya karena (bermotif) iseng. Ini adalah bentuk street crime," jelas dia.
Untuk itu, ia berharap agar Polri menurunkan pengamanan yang kuat di kawasan yang ramai pesepeda.
Menurutnya, kejahatan yang sudah meresahkan dan membahayakan jiwa masyarakat harus ditindak dengan tegas.
"Kita minta Polri tegas dan jangan ragu untuk melumpuhkan penjahat jika sudah membayakan jiwa masyarakat," tutupnya.
Baca juga: Ricuh Demonstrasi Tolak Omnibus Law, Bolehkah Polisi Pakai Kekerasan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.