Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Perlindungan Terhadap Virus Corona Menurun di Populasi Inggris

Kompas.com - 27/10/2020, 18:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian terhadap virus corona di seluruh dunia terus dilakukan untuk menghentikan pandemi.

Salah satunya penelitian di Inggris yang menguji kekebalan tubuh terhadap virus corona.

Dikutip CNN, Selasa (27/10/2020), sebuah penelitian menunjukkan kekebalan terhadap virus corona secara bertahap berkurang, setidaknya menurut satu ukuran.

Studi itu dipublikasikan pada Senin (26/10/2020) oleh Imperial College London (ICL) dan Ipsos MORI (sebuah perusahaan riset pasar).

Para peneliti yang mengirimkan tes tusuk jari atau finger-prick tests di rumah kepada lebih dari 365.000 orang yang dipilih secara acak di Inggris menemukan penurunan lebih dari 26 persen pada antibodi Covid-19 hanya dalam tiga bulan.

"Kami mengamati penurunan yang signifikan dalam proporsi populasi dengan antibodi yang terdeteksi selama tiga putaran pengawasan nasional, menggunakan tes aliran lateral yang dilakukan sendiri, 12, 18 dan 24 minggu setelah puncak infeksi pertama di Inggris," tulis tim tersebut.

Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona Oxford Diklaim Picu Kekebalan Kuat pada Orang Tua

Kekebalan menurun dalam 6 hingga 12 bulan

Temuan itu konsisten dengan bukti bahwa kekebalan terhadap virus corona musiman menurun selama 6 hingga 12 bulan setelah infeksi.

Data yang muncul pada SARS-CoV-2 juga mendeteksi penurunan dari waktu ke waktu dalam tingkat antibodi pada individu yang diikuti dalam penelitian longitudinal.

Dikutip Hindustan Times, Selasa (27/10/2020), studi mereka menemukan bahwa prevalensi antibodi turun dari 6 persen populasi sekitar akhir Juni menjadi hanya 4,4 persen pada September.

Itu meningkatkan prospek penurunan kekebalan populasi menjelang gelombang kedua infeksi yang telah memaksa penguncian dan pembatasan lokal dalam beberapa pekan terakhir.

"Kami dapat melihat antibodi dan kami dapat melihat mereka menurun. Kami tahu bahwa antibodi itu cukup melindungi," Kepala Departemen Penyakit Menular di Imperial College London Wendy Barclay.

Dia juga menambahkan, berdasarkan bukti yang ada, dengan berbekal informasi tentang virus corona lainnya, tampaknya kekebalan menurun pada tingkat yang sama dengan penurunan antibodi.

"Ini merupakan indikasi penurunan kekebalan pada tingkat populasi," katanya.

Pasien positif

Selain itu orang-orang yang terkonfirmasi Covid-19 dengan tes PCR memiliki penurunan antibodi yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang tidak menunjukkan gejala (asimptomatik) dan tidak menyadari infeksi aslinya.

Peneliti juga menemukan, tidak ada perubahan dalam tingkat antibodi yang terlihat pada petugas layanan kesehatan, mungkin karena paparan virus yang berulang.

Antibodi adalah protein yang dihasilkan tubuh secara alami untuk melawan infeksi. Sedangkan IgG adalah satu jenis antibodi (tes tidak dirancang untuk mendeteksi jenis antibodi lain). Tim peneliti lain telah menemukan bahwa jenis antibodi lain dapat bertahan lebih lama daripada IgG.

Baca juga: Sistem Kekebalan Tubuh, Gejala Parah Covid-19, dan Mutasi Virus Corona...

Masih dari CNN, hasil dari penelitian oleh ICL itu juga mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki gejala Covid-19 cenderung kehilangan antibodi yang dapat dideteksi lebih cepat daripada mereka yang mengalami infeksi yang lebih parah.

Anak muda yang sembuh dari Covid-19 kehilangan antibodi lebih lambat daripada orang-orang yang lebih tua dari 75 tahun menurut penelitian.

Namun, belum diketahui apakah antibodi memberikan tingkat kekebalan yang efektif terhadap Covid-19 atau berapa lama seseorang kebal terhadap infeksi ulang virus corona.

Minimnya infomasi

Beberapa infeksi, seperti campak, menyebabkan apa yang disebut kekebalan mensterilkan. Orang yang terinfeksi campak memiliki antibodi yang dapat dideteksi selama bertahun-tahun setelah terinfeksi.

Akan tetapi para ilmuwan masih memiliki sedikit informasi terkait virus corona.

Selain itu belum diketahui secara pasti apa kontribusi kekebalan sel T dan respons memori tubuh terhadap ancaman seperti Covid-19 yang akan berperan dalam memberikan perlindungan jika seseorang kembali terpapar SARS-CoV-2.

Lebih banyak penelitian diperlukan untuk lebih memahami risiko infeksi ulang yang sedang berlangsung.

Baca juga: Ramai Soal Jurassic Park, Ini Sejarah Komodo dan Taman Nasional Komodo

Studi yang dilakukan ICL memiliki batasan, yaitu sampel tidak diambil dari orang yang sama berulang kali, tapi dari orang yang berbeda seiring waktu.

Menurut peneliti ada kemungkinan orang-orang yang telah terpapar virus korona cenderung tidak ikut serta dari waktu ke waktu dan itu mungkin telah mengubah jumlahnya

"Studi yang sangat besar ini telah menunjukkan bahwa proporsi orang dengan antibodi yang terdeteksi menurun seiring waktu," kata Helen Ward dari Fakultas Kedokteran di Imperial College London.

Menurut Ward, pihaknya belum tahu apakah hal itu akan membuat orang-orang berisiko terinfeksi ulang, tapi penting bahwa setiap orang terus mengikuti panduan untuk mengurangi risiko bagi diri mereka sendiri dan orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com