KOMPAS.com - Sebuah studi mengungkapkan, hilangnya penciuman mendadak pada beberapa pasien Covid-19 kemungkinan terjadi karena adanya perubahan pada otak.
Diberitakan Newsweek, Jumat (23/10/2020), penulis hasil studi dari Laboratorium Pemetaan Fungsional Otak di Universitas ULB Belgia, Maxime Niesen bersama rekannya memaparkan hopitesis bahwa beberapa pasien Covid-19 yang mengalami anosmia karena infeksi virus memengaruhi sel-sel yang mendukung neuron tertentu.
Neuron ini dinilai menjadi kunci untuk indera-indera ini melakukan fungsinya.
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menyebutkan, gejala hilangnya penciuman tersebut muncul bersamaan dengan gejala infeksi virus corona lainnya seperti demam atau kedinginan, batuk sesak napas, dan kelelahan.
Direktur Pusat Studi Indera di Universitas London Inggris, Profesor Barry Smith mengatakan, peradangan juga memungkinkan berhentinya reseptor tertentu dari kemampuan mencium bau.
Smith menyebutkan, kemampuan ini dapat kembali normal atau mereda jika kondisi tubuh pulih secara perlahan.
Menurut dia, jika seseorang kehilangan kemampuan indera penciumannya secara total atau sebagian untuk jangka waktu yang lebih lama, hal ini karena adanya reaksi berlebihan dari sistem kekebalan yang memblokir reseptor.
Studi tersebut melibatkan 12 pasien berusia antara 23 sampai 60 tahun yang tiba-tiba kehilangan kemampuan indera penciuman dan didiagnosis positif Covid-19.
Kemudian, tim membandingkan pemindaian mereka dengan 26 orang sehat, berusia antara 22 hingga 52 tahun.
Pada tujuh pasien, hilangnya bau adalah Covid-19 yang dominan.
Baca juga: Demam Lalu Kehilangan Indra Penciuman, Perempuan Ini Terpapar Corona
Sementara, lima pasien pulih sepenuhnya atau hampir pulih hingga 10 minggu setelah kehilangan kemampuan indera penciuman.
Akan tetapi, tujuh pasien masih mengalami masalah hingga 16 minggu kemudian.
Setelah mempelajari 12 pasien Covid-19, peneliti menyebutkan, ada sejumlah alasan mengapa para pasien kehilangan kemampuan indera penciuman.
Alasan tersebut karena ada bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan bau, termasuk celah penciuman, bola olfaktorius, dan jaringan saraf di sekitarnya terpengaruh pada beberapa pasien.
Tak hanya itu, peneliti juga menemukan bahwa infeksi tampaknya memengaruh bagian otak yang terlibat dalam memetabolisme gula dan koneksi sel saraf yang menyampaikan informasi tentang bau.