Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/10/2020, 20:00 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial bahwa mayoritas kematian saat pandemi influenza 1918 berasal dari pneumonia bakterial akibat penggunaan masker selama berjam-jam.

Informasi tersebut diklaim berasal dari studi National Institutes of Health pada 2008 yang diketuai Dr. Anthony Fauci. Fauci saat ini duduk dalam jajaran gugus tugas penanganan Covid-19 di Amerika Serikat (AS).

Informasi yang tersiar di media sosial itu salah. Studi National Institutes of Health pada 2008 tidak menganalisis hubungan antara penggunaan masker dengan pneumonia bakterial.

WHO pun menganjurkan penggunaan masker selama pandemi Covid-19 dengan ketentuan mengganti masker setidaknya sekali sehari.

Narasi yang Beredar

Akun Facebook Michelle Murphy pada 19 Oktober 2020 menulis bahwa orang yang tidak mengenakan masker justru mengubur orang-orang yang memakai masker. Sebab, menggunakan masker selama berjam-jam dapat mengakibatkan pneumonia bakterial.

Status itu merujuk pada kasus pandemi influenza pada 1918 yang mengakibatkan kematina jutaan orang. Akun Michelle Murphy juga menautkan artikel berjudul "Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic" dari situs web National Institutes of Health (NIH).

Berikut isi lengkap statusnya:

"The unmasked buried the masked in the "Spanish Flu." Dr Anthony Fauci 2008
Bacterial pneumonia occurs from wearing masks for hours.
99.7%"

Status Facebook soal pneumonia bakterial muncul karena penggunaan masker selama berjam-jam.Facebook Status Facebook soal pneumonia bakterial muncul karena penggunaan masker selama berjam-jam.

Akun Facebook Lisa Metzger dan Sarah Pursell juga mengunggah hal yang sama.

Penjelasan

Penelusuran dimulai dari artikel bertajuk "Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic", terbit pada 19 Agustus 2008, yang dimuat situs web National Institues of Health (NIH).

Artikel itu menyebut mayoritas kematian selama pandemi influenza tahun 1918-1919 tidak disebabkan oleh virus influenza saja. Sebagian besar korban meninggal disebabkan pneumonia bakterial setelah infeksi virus influenza.

Pneumonia terjadi ketika bakteri yang biasanya menghuni hidung dan tenggorokan menyerang paru-paru di sepanjang jalur yang dibuat saat virus menghancurkan sel-sel yang melapisi saluran pernapasan dan paru-paru.

Laporan itu berasal dari para peneliti National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), bagian dari NIH.

"Sejumlah besar bukti yang diperiksa dari analisis historis dan modern atas pandemi influenza 1918 mendukung skenario bahwa virus yang merusak diikuti pneumonia bakterial menyebabkan sebagian besar kematian," kata Direktur NIAID Anthony S. Fauci dalam artikel tersebut.

Saat ini Fauci berada dalam gugus tugas penanganan Covid-19 Amerika Serikat (AS).

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kesaksian Jurnalis Al Jazeera yang Ditangkap Pasukan Israel Saat Meliput di RS Al-Shifa

Kesaksian Jurnalis Al Jazeera yang Ditangkap Pasukan Israel Saat Meliput di RS Al-Shifa

Tren
2 WNI Diduga Curi Data Jet Tempur KF-21 Korea Selatan, Ini Kata Kemenlu

2 WNI Diduga Curi Data Jet Tempur KF-21 Korea Selatan, Ini Kata Kemenlu

Tren
Dibuka Dua Hari Lagi, Berikut Syarat dan Prosedur Pendaftaran UTBK-SNBT 2024

Dibuka Dua Hari Lagi, Berikut Syarat dan Prosedur Pendaftaran UTBK-SNBT 2024

Tren
Profil Soenarko, Eks Danjen Kopassus Pimpin Demo Pilpres 2024 di KPU

Profil Soenarko, Eks Danjen Kopassus Pimpin Demo Pilpres 2024 di KPU

Tren
Benarkah Soundtrack Serial 'Avatar The Last Airbender' Terinspirasi dari Tari Kecak Indonesia?

Benarkah Soundtrack Serial "Avatar The Last Airbender" Terinspirasi dari Tari Kecak Indonesia?

Tren
Penumpang Keluhkan AC KA Airlangga Bocor tapi Cuma Dilakban oleh Petugas, KAI Beri Penjelasan

Penumpang Keluhkan AC KA Airlangga Bocor tapi Cuma Dilakban oleh Petugas, KAI Beri Penjelasan

Tren
Paspampres Bantah Petugasnya Adang Kakek yang Pergi ke Masjid di Labuhanbatu Saat Kunjungan Jokowi

Paspampres Bantah Petugasnya Adang Kakek yang Pergi ke Masjid di Labuhanbatu Saat Kunjungan Jokowi

Tren
Menilik Tragedi Thalidomide, Bencana Medis Terbesar yang Korbankan Puluhan Ribu Bayi

Menilik Tragedi Thalidomide, Bencana Medis Terbesar yang Korbankan Puluhan Ribu Bayi

Tren
Update Hasil Sementara Rekapitulasi Pilpres 2024, Dominasi Prabowo-Gibran di 35 Provinsi

Update Hasil Sementara Rekapitulasi Pilpres 2024, Dominasi Prabowo-Gibran di 35 Provinsi

Tren
Komeng Terpilih Jadi Anggota DPD Dapil Jabar, Berapa Gajinya?

Komeng Terpilih Jadi Anggota DPD Dapil Jabar, Berapa Gajinya?

Tren
7 Makanan yang Bisa Membuat Awet Muda, Apa Saja?

7 Makanan yang Bisa Membuat Awet Muda, Apa Saja?

Tren
Ciri-ciri Kista Ovarium, Termasuk Kembung dan Sering Buang Air

Ciri-ciri Kista Ovarium, Termasuk Kembung dan Sering Buang Air

Tren
Menjadi Ikan Termahal di AS, Elver Berharga Hampir Rp 31 Juta Per 453 Gram

Menjadi Ikan Termahal di AS, Elver Berharga Hampir Rp 31 Juta Per 453 Gram

Tren
Spesies Manusia Hampir Punah akibat Perubahan Iklim Ekstrem 900.000 Tahun Lalu

Spesies Manusia Hampir Punah akibat Perubahan Iklim Ekstrem 900.000 Tahun Lalu

Tren
Ini Syarat Pekerja yang Berhak Mendapat THR, Apa Saja?

Ini Syarat Pekerja yang Berhak Mendapat THR, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com