Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Galaksi Terjebak di Lubang Hitam, Ini Temuan Para Astronom

Kompas.com - 24/10/2020, 13:03 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para astronom menemukan enam galaksi terperangkap dalam lubang hitam supermasif atau supermassive black hole.

Lubang hitam selama ini dikenal dapat menyerap apa pun yang ada di dekatnya, termasuk hal besar seperti galaksi.

Dilansir Science Alert, 2 Oktober 2020, para astronom menemukan keenam galaksi terjebak di lubang hitam setelah Big Bang (ledakan dahsyat).

Lubang hitam yang muncul pada awal sejarah alam semesta diperkirakan terbentuk dari runtuhnya bintang-bintang pertama. Tetapi para astronom masih belum mengetahui bagaimana itu bisa berkembang menjadi raksasa.

Lubang hitam baru yang ditemukan belum lama ini memiliki berat 1 miliar kali massa Matahari kita dan ditemukan oleh European Southern Observatory (ESO).

Baca juga: Bagaimana Lubang Hitam Supermasif dapat Membunuh Galaksi Inangnya?

Para ilmuwan mengatakan temuan itu membantu memberikan penjelasan tentang bagaimana lubang hitam supermasif, seperti yang ada di pusat Bima Sakti, bisa berkembang.

Para astronom percaya filamen yang menjebak gugus galaksi membawa cukup gas untuk "memberi makan" lubang hitam, sehingga memungkinkannya untuk tumbuh.

"Filamen jaring kosmik seperti benang jaring laba-laba. Galaksi-galaksi berdiri dan tumbuh di tempat bersilangannya filamen, dan aliran gas tersedia untuk bahan bakar galaksi dan lubang hitam supermasif pusat dapat mengalir di sepanjang filamen," kata astronom di National Institute for Astrophysics (INAF) di Bologna, Marco Mignoli.

Lebih lanjut dia mengatakan, galaksi-galaksi berdiri dan tumbuh di tempat bersilangannya filamen. Aliran gas dapat mengalir di sepanjang filamen.

Mignoli mengatakan sampai saat ini belum ada penjelasan yang baik atas keberadaan lubang hitam awal sebesar itu.

Baca juga: Nobel Fisika 2020 Diraih 3 Ilmuwan Penemu Lubang Hitam

Para peneliti mengatakan struktur web mungkin terbentuk dengan bantuan materi gelap yang diperkirakan menarik sejumlah besar gas di alam semesta awal.

Salah satu penulis dari Universitas Johns Hopkins, Colin Norman, mengatakan temuan mereka mendukung gagasan bahwa lubang hitam paling jauh dan masif terbentuk serta tumbuh di dalam lingkaran cahaya materi gelap masif dalam struktur skala besar.

Selain itu, tidak ada deteksi sebelumnya dari struktur semacam itu, kemungkinan besar karena keterbatasan pengamatan.

Seluruh jaringan lebih dari 300 kali ukuran Bima Sakti. Tapi juga dikatakan galaksi tersebut juga termasuk yang paling redup yang dapat dilihat oleh teleskop saat ini.

"Kami yakin kami baru saja melihat puncak gunung es, dan beberapa galaksi yang ditemukan sejauh ini di sekitar lubang hitam supermasif ini hanyalah yang paling terang," kata salah satu penulis Barbara Balmaverde, astronom di INAF di Torino, Italia.

Baca juga: Asteroid Sebesar Kulkas Akan Dekati Bumi Sehari Sebelum Pemilu AS

Penelitian ini merupakan penelitian terbaru yang mencoba memecahkan formasi misterius monster kosmik yang sangat padat itu (bahkan cahaya pun tidak bisa lepas dari tarikan gravitasi lubang hitam).

Sebelumnya, pada September 2020, dua konsorsium yang diikuti sekitar 1.500 ilmuwan melaporkan penemuan GW190521. Itu terbentuk oleh tabrakan dua lubang hitam yang kecil.

Para ilmuwan mengamati gelombang gravitasi yang dihasilkan lebih dari 7 miliar tahun lalu saat keduanya saling bertabrakan dan melepaskan energi senilai 8 massa matahari dan menciptakan salah satu peristiwa terkuat di semesta sejak Big Bang.

Para ilmuwan mengatakan temuan itu menantang teori saat ini tentang pembentukan lubang hitam supermasif, yang menunjukkan hal itu bisa terjadi melalui penggabungan berulang dari benda-benda berukuran sedang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com