Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lubang Ozon di Antartika Disebutkan Makin Membesar dan Membuat Rekor, Apa Dampaknya bagi Kehidupan?

Kompas.com - 15/10/2020, 19:35 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ozon selama ini melindungi bumi dari paparan sinar ultraviolet matahari. Akan tetapi lapisan ini terus tergerus atau berlubang setiap tahunnya.

Lubang ozon di Antartika adalah salah satu yang terbesar dan terdalam selama beberapa tahun terakhir.

Dilansir CNN, (12/10/2020), lubang ozon yang biasanya tumbuh di Antartika setiap September dan Oktober telah menjadi salah satu yang terbesar dan terdalam dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Mencairnya Es di Greenland dan Risiko Banjir Tahunan...

Hal itu hanya satu tahun setelah para ilmuwan mencatat ukuran terkecilnya sejak ditemukan.

Menurut pernyataan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) lubang ozon 2020 tumbuh pesat sejak pertengahan Agustus dan telah tumbuh menjadi sekitar 9,2 juta mil persegi ketika memuncak pada awal Oktober.

Lubang ozon kemudian menyusut menjadi sekitar 8,9 juta mil persegi (lebih dari dua kali ukuran Amerika Serikat) yang mencakup hampir seluruh benua Antartika, menurut WMO.

Baca juga: Ramai di Twitter, Ini Penjelasan Pihak Pengelola soal Embun Es di Dieng

Penipisan ozon

Ilustrasi proses terjadinya penipisan lapisan ozonshutterstock.com Ilustrasi proses terjadinya penipisan lapisan ozon

Program Pengawasan Atmosfer Global WMO bekerja sama dengan Copernicus Atmospheric Monitoring Service (CAMS ), NASA, Climate Change Canada dan mitra lainnya untuk memantau lapisan ozon bumi.

"Ada banyak variabilitas dalam seberapa jauh peristiwa lubang ozon berkembang setiap tahun. Lubang ozon pada 2020 menyerupai lubang pada 2018, yang juga merupakan lubang yang cukup besar, dan pasti berada di bagian atas selama 15 tahun terakhir atau lebih," kata Direktur CAMS Vincent-Henri Peuch.

Penipisan tersebut berkaitan langsung dengan suhu di stratosfer, tempat lapisan ozon berada. Karena awan kutub stratosfer yang berperan penting dalam proses tersebut hanya terbentuk pada suhu di bawah -78 derajat Celcius.

Baca juga: Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com