KOMPAS.com - KawalCovid19 menemukan selisih angka data pelaporan kasus virus corona dari pemerintah daerah dan Kementerian Kesehatan.
Hingga Senin (12/10/2020), selisih yang ditemukan tim KawalCovid19 adalah 2.184 untuk kasus positif, 5.384 untuk pasien sembuh, dan 1.153 untuk pasien meninggal.
Apabila dihitung dengan selisih itu, maka kasus infeksi di Indonesia versi KawalCovid19 adalah 338.900 kasus dengan 13.088 kematian dan 263.903 pasien dinyatakan sembuh.
Sementara laporan kasus Covid-19 di Indonesia berdasarkan data Kemenkes adalah 336.716 kasus dengan 11.935 kematian dan 258.519 pasien telah sembuh.
Total kasus, sembuh dan meninggal dunia versi @KemenkesRI vs. situs daerah per 12 Oktober 2020.
Jumlah sembuh berbeda 2,04%.
Jumlah meninggal dunia berbeda 8,81% antara pusat dengan daerah, dengan selisih terbanyak di Jateng (906!!) dan Jabar (252). @ganjarpranowo @ridwankamil pic.twitter.com/KuRopwC1P3
— KawalCOVID19 (@KawalCOVID19) October 12, 2020
Koordinator Relawan KawalCovid19 Elina Ciptadi mengatakan, pihaknya menghitung kasus virus corona itu berdasarkan data harian dari data pusat dan laman di level daerah.
"Tiap hari kami mencatat data harian dari covid19.go.id, ini yang kami namai "data pusat", lalu membandingkannya dengan web corona yang ada di level propinsi, kabupaten dan kota yang kami catat secara manual," kata Elina kepada Kompas.com, Senin (12/10/2020).
Baca juga: Ada Selisih 615 Kasus Covid-19 di Kota Bekasi Dibanding Data Website, Ini Penjelasan Dinkes
Dengan membandingkan data itu, tim KawalCovid19 menemukan perbedaan data di level kabupaten atau kota dengan provinsi dan level pusat.
Menurut dia, perbedaan data tersebut sudah terjadi sejak beberapa bulan yang lalu, dengan tingkat selisih yang semakin besar.
"Tapi awalnya ya paling hanya beda satu digit, makin ke sini makin besar," jelas dia.
Soal perbedaan data ini, Kompas.com juga sudah berusaha menghubungi Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, tapi belum ada respons.
Selain selisih data, Elina dkk juga menyoroti data pemerintah pusat yang tidak menampilkan data kasus probable.
Padahal, dalam Keputusan Menteri Kesahatan tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 yang diterbitkan Juli 2020 lalu, istilah yang digunakan adalah suspect, probable, dan konfirmasi.
"Nah angka probable ini di data pusat masih 0, padahal devinisi di protokol Kemenkes itu ada dan daerah-daerah itu sebagian sudah menyampaikan," kata Elina.
Baca juga: Selisih hingga 659, Data Kasus Aktif Covid-19 Pemkot Bekasi Tak Sinkron dengan Pemprov Jabar
Bahkan, kematian suspect dan probable yang dihimpun oleh KawalCovid19 sampai Senin (12/10/2020) mencapai hampir 10.000 orang.
Rinciannya adalah kematian suspect akibat virus corona mencapai 4.011 dan kematian probable berjumlah 5.765.