Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Virus Corona Bisa Bertahan di Kulit Manusia Sekitar 9 Jam

Kompas.com - 10/10/2020, 10:00 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tak hanya dapat hidup di permukaan benda mati, virus corona baru atau SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 juga dapat bertahan di permukaan kulit manusia.

Dilansir Live Science, Rabu (7/10/2020), disebutkan virus corona dapat bertahan di kulit manusia lebih lama daripada virus flu, menurut sebuah studi baru dari para peneliti di Jepang.

Virus ini tetap dapat hidup pada sampel kulit manusia selama sekitar 9 jam, menurut penelitian tersebut.

Sementara itu, strain virus influenza A (IAV) tetap hidup pada kulit manusia selama sekitar 2 jam.

Namun kedua virus pada kulit itu bisa dengan cepat dinonaktifkan dengan pembersih tangan atau hand sanitizer.

Baca juga: Simak, Ini 8 Hoaks dan Fakta yang Banyak Beredar soal Omnibus Law Cipta Kerja

Pentingnya cuci tangan

Temuan tersebut menggarisbawahi semakin pentingnya rajin mencuci tangan atau menggunakan pembersih untuk mencegah penyebaran Covid-19.

"Studi ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin memiliki risiko penularan kontak yang lebih tinggi (yaitu penularan dari kontak langsung) daripada IAV karena yang pertama jauh lebih stabil pada kulit manusia (daripada yang terakhir)," tulis para penulis dalam makalah itu.

Temuan itu mendukung hipotesis bahwa membersihkan tangan dengan benar adalah hal yang penting untuk pencegahan penyebaran Covid-19.

Penelitian itu dipublikasikan di jurnal Clinical Infectious Diseases pada 3 Oktober 2020.

Sebelumnya, peneliti dari Amerika Serikat juga menganalisis berapa lama SARS-CoV-2 dapat bertahan di permukaan.

Mereka menemukan virus itu tetap dapat bertahan di permukaan tembaga hingga 4 jam, di atas karton hingga 24 jam, dan pada plastik serta baja tahan karat hingga 72 jam.

Baca juga: Berapa Lama Virus Corona Bertahan di Kulit, Rambut, dan Kuku?

Penelitian

Untuk alasan etika, memeriksa berapa lama virus dapat bertahan di kulit manusia memang lebih rumit.

Peneliti tidak bisa begitu saja meletakkan sampel virus yang berpotensi mematikan di tangan seseorang.

Sehingga untuk studi baru ini, para peneliti dari Kyoto Prefectural University of Medicine di Jepang, membuat model kulit menggunakan sampel kulit manusia yang diperoleh dari otopsi. Sampel dikumpulkan kira-kira satu hari setelah kematian.

Para penulis mencatat bahwa bahkan 24 jam setelah kematian, kulit manusia masih dapat digunakan untuk cangkok kulit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com