Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDI Khawatir Demo Picu Lonjakan Kasus Covid-19

Kompas.com - 09/10/2020, 08:30 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengaku khawatir demonstrasi yang terjadi di berbagai daerah dapat memicu lonjakan kasus virus corona.

"Peristiwa tersebut mempertemukan ribuan, bahkan puluhan ribu orang yang sebagian besar tidak hanya mengabaikan jarak fisik, namun juga tidak mengenakan masker," kata Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Adib Khumaidi, kepada Kompas.com, Jumat (9/10/2020).

Dia mengatakan berbagai seruan nyanyian maupun teriakan dari peserta demonstrasi tentu mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menyebarkan virus, terutama Covid-19.

Ditambah, banyaknya kemungkinan peserta demonstrasi yang datang dari kota atau wilayah yang berbeda. Jika ada yang terinfeksi, mereka dapat menyebarkan virus corona saat kembali ke komunitasnya.

"Bukan tugas kami sebagai tenaga kesehatan untuk menilai mengapa orang-orang tersebut terlibat dalam demonstrasi. Dalam hal ini, kami menjelaskan kekhawatiran kami dari sisi medis dan berdasarkan sains, hal yang membuat sebuah peristiwa terutama demonstrasi berisiko lebih tinggi daripada aktifitas yang lain," ujar Adib.

Sebagai tenaga kesehatan, muncul kekhawatiran akan terjadi lonjakan masif virus corona yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang.

"Dalam kondisi saat ini saja, para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sudah kelimpungan menangani jumlah pasien Covid yang terus bertambah," tutur Adib.

Baca juga: Demo Tolak UU Cipta Kerja Disorot Media Asing, Begini Kata Mereka...

IDI catat 132 dokter meninggal

Selanjutnya, IDI mengumumkan selama minggu pertama Oktober 2020, sebanyak 5 dokter meninggal dunia di tengah wabah virus corona. Hal tersebut menambah jumlah dokter yang wafat akibat Covid-19.

Secara keseluruhan tercatat sebanyak 132 dokter meninggal, dengan rincian 68 dokter umum (4 guru besar), 62 dokter spesialis (5 guru besar), dan 2 residen.

Keseluruhan dokter tersebut berasal dari 18 IDI wilayah (provinsi) dan 61 IDI cabang (Kota/Kabupaten).

Berdasarkan data provinsi, berikut datanya:

  • Jawa Timur (31 dokter)
  • Sumatera Utara (22 dokter)
  • DKI Jakarta (19 dokter)
  • Jawa Barat (11 dokter)
  • Jawa Tengah (9 dokter)
  • Sulawesi Selatan (6 dokter)
  • Bali (5 dokter)
  • Sumatera Selatan (4 dokter)
  • Kalimantan Selatan (4 dokter)
  • Aceh (4 dokter)
  • Kalimantan Timur (3 dokter)
  • Riau (4 dokter)
  • Kepulauan Riau (2 dokter)
  • Daerah Istimewa Yogyakarta (2 dokter)
  • Nusa Tenggara Barat (2 dokter)
  • Sulawesi Utara (2 dokter)
  • Banten (1 dokter)
  • Papua Barat (1 dokter)

Tim Mitigas IDI menyampaikan, hal ini dikarenakan lonjakan pasien Covid-19, terutama Orang Tanpa Gejala (OTG) dan meningkatnya orang-orang yang mengabaikan protokol kesehatan di berbagai daerah.

Bahkan, klaster-klaster baru penularan virus terus bermunculan dalam beberapa minggu terakhir.

Hal ini disebabkan sejumlah wilayah di Indonesia yang mulai melepas PSBB dan membuka wilayahnya kembali untuk pendatang. Ini mengartikan lebih banyak orang yang menjalani aktivitas di luar rumah.

Baca juga: PB IDI Minta Pemerintah Pastikan Logistik Penanganan Pasien Covid-19 Tercukupi

Vaksin terbaik, menerapkan protokol kesehatan

Ketua Tim Pedoman & Protokol dari Tim Mitigasi PB IDI, Eka Ginanjar, menegaskan hingga vaksin virus corona selesai diuji coba dan terbukti efektif juga aman digunakan, maka tidak ada vaksin yang lebih baik dibandingkan menerapkan protokol kesehatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com