KOMPAS.com - Hari Guru Sedunia diperingati pada hari ini, 5 Oktober 2020.
Peringatan Hari Guru Sedunia ini telah dimulai sejak 16 tahun lalu, tepatnya 5 Oktober 1994.
Hari Guru Sedunia dicetuskan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dilansir dari laman resmi UNESCO, 30 September 2020, peringatan Hari Guru Sedunia dilakukan untuk memeringati penandatanganan rekomendasi tentang status guru oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan UNESCO pada 1966.
Pada 1997, peringatan Hari Guru Sedunia bertepatan dengan penandatanganan rekomendasi tentang status personel pengajar pendidikan tinggi.
Kedua rekomendasi tersebut menjadi instrumen untuk menetapkan tolok ukur mengenai hak dan tanggung jawab guru, serta standar persiapan guru.
Rekomendasi tersebut juga memberikan tolok ukur mengenai pendidikan lanjutan, rekrutmen, pekerjaan, dan kondisi kerja guru.
Baca juga: Trending Guru Besar, Bagaimana Syarat dan Kewenangannya?
Tahun ini, Hari Guru Sedunia akan dirayakan secara virtual dengan tema, “Guru: Memimpin dalam krisis, menata kembali masa depan.”
Amid #COVID19, teachers have helped provide remote learning, support vulnerable children, re-open schools, and more.
We thank them for all their hard work on Monday's #WorldTeachersDay, and every day. https://t.co/cFcUEg1ifJ via @UNESCO pic.twitter.com/kXwHEJjegM
— United Nations (@UN) October 4, 2020
Peringatan Hari Guru Sedunia tahun ini akan dimulai pada 5 Oktober 2020 dengan upacara pembukaan resmi diikuti oleh Upacara Penghargaan Edisi 6 dari UNESCO Hamdan Prize for the Effectiveness of Teachers.
Perayaan Hari Guru Sedunia direncanakan berlangsung sepanjang minggu di seluruh dunia.
Upacara penutupan akan dilangsungkan pada 12 Oktober 2020 dengan sesi Hari Guru Sedunia dan Minggu Pembelajaran Seluler.
Acara ini akan fokus pada penggunaan teknologi inovatif untuk pengembangan profesional guru dan pendampingan selama masa Covid-19.
Sementara itu, tema “Guru: Memimpin dalam krisis, menata kembali masa depan” dipilih karena pandemi Covid-19 telah menyebabkan penutupan sekolah, dan berdampak bagi 1,6 miliar siswa di semua tingkatan serta 63 juta guru sekolah dasar dan menengah.
Selama pandemi, guru diminta untuk tetap melakukan pembelajaran secara daring (online), tetapi banyak dari mereka yang tidak memiliki alat-alat pendukung untuk melakukan pembelajaran daring di rumah mereka sendiri.
Di banyak tempat, guru juga menemui hambatan untuk melakukan pembelajaran secara daring, karena banyak rumah tangga yang kekurangan teknologi dan konektivitas untuk memungkinkan siswa belajar secara online.