Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Corona Global: 34,4 Juta Infeksi, 1 Juta Meninggal | Risiko Lonjakan Pernikahan Anak karena Pandemi

Kompas.com - 02/10/2020, 06:36 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penularan infeksi virus corona masih terus meluas, sejak teridentifikasi akhir tahun lalu di Wuhan, China.

Setiap hari, kasus baru positif Covid-19 masih dilaporkan terjadi di berbagai negara di dunia.

Melansir Worldometers, Jumat (2/10/2020) pukul 05.30 WIB, virus corona telah menginfeksi sebanyak 34.412.716 orang di seluruh dunia.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 25.600.750 orang telah dinyatakan pulih dari infeksi virus SARS-CoV-2.

Di sisi lain, virus corona jenis baru ini telah menewaskan 1.022.833 orang di seluruh dunia.

Baca juga: [HOAKS] Terapi Uap Panci Presto Dapat Usir Corona

Lima negara dengan kasus Covid-19 terbanyak

1. Amerika Serikat

Amerika Serikat secara global masih memimpin sebagai negara yang melaporkan kasus infeksi positif Covid-19 terbanyak.

Tercatat, kasus positif terpapar virus corona di negara ini mencapai 7.489.236 kasus, dengan 41.954 kasus baru.

Kasus kematian tertinggi secara global juga terjadi di AS, di mana 212.503 orang dilaporkan meninggal dunia akibat terpapar virus.

Sementara itu, negara berpopulasi 331.266.944 jiwa ini mencatat sebanyak 4.726.829 kasus positif Covid-19 telah dinyatakan sembuh.

2. India

Kasus positif Covid-19 di India terus merangkak naik, terdapat 81.693 kasus baru dalam waktu 24 jam terakhir.

Saat ini, negara berpopulasi 1.381.826.521 jiwa ini menempati posisi kedua kasus infeksi terbanyak di dunia, dengan 6.391.960 kasus Covid-19.

Sejauh ini, India mencatatkan adanya 99.804 kasus kematian akibat virus corona.

Sementara, dari total kasus infeksi, sebanyak 45.348.653 orang telah dinyatakan sembuh.

Baca juga: PBB: Sebagian Besar Negara Gagal Melindungi Perempuan Selama Pandemi Corona

3. Brazil

Brazil berada di posisi ketiga negara dengan kasus infeksi virus corona terbanyak di dunia.

Kasus terkonfirmasi positif dilaporkan sebanyak 4.820.116 kasus, dengan 4.180.376 di antaranya telah sembuh.

Negara berpopulasi 212.764.278 jiwa ini melaporkan 144.103 kasus kematian akibat virus corona.

4. Rusia

Berada di urutan keempat, Rusia melaporkan adanya 1.185.231 kasus positif terinfeksi virus corona, dengan penambahan kasus baru harian.

Dari total kasus terkonfirmasi positif terpapar virus, sebanyak 964.242 orang telah dinyatakan sembuh.

Sementara itu, negara berpopulasi sebanyak 145.943.139 jiwa ini, melaporkan sebanyak 20.891 orang meninggal dunia akibat terinfeksi virus SARS-CoV-2.

5. Kolombia

Kasus infeksi di Kolombia juga terus naik. Negara dengan kasus terbanyak kelima di dunia ini melaporkan sebanyak 835.339 kasus infeksi di wilayahnya.

Negara berpopulasi 51.010.309 jiwa ini mencatatkan, sebanyak 751.691 kasus telah sembuh.

Infeksi Covid-19 ini telah menewaskan 26.196 orang di Kolombia.

Baca juga: 11 Negara yang Menteri Kesehatannya Mundur Selama Pandemi Corona

Risiko lonjakan pernikahan anak

Melansir BBC, 1 Oktober 2020, Save the Children memperingatkan pandemi virus corona dapat menyebabkan lonjakan pernikahan anak secara global.

Badan amal ini telah menempatkan lebih dari 2,5 juta gadis berada pada risiko pernikahan dini pada tahun 2025.

Pandemi yang terjadi telah meningkatkan kemiskinan, memaksa anak perempuan keluar dari sekolah, kemudian bekerja atau menikah.

Hal ini paling rentan terjadi pada anak perempuan di beberapa bagian Asia Selatan, Afika, dan Amerika Latin.

Badan amal yang berbasis di Inggris tersebut telah meminta para pemimpin dunia untuk memberikan lebih banyak dana dan dukungan sebagai upaya mengatasi pernikahan anak dan ketidaksetaraan gender.

"Pernikahan ini melanggar hak-hak anak perempuan dan membuat mereka berisiko lebih tinggi mengalami depresi, kekerasan seumur hidup, cacat dan bahkan kematian," kata penasihat perlindungan anak Save the Children, Karen Flanangan.

Ia menambahkan, 78,6 juta pernikahan anak telah dicegah dalam kurun waktu 25 tahun terakhir.

Bulan lalu, sebuah kelompok yang berkampanye untuk mengakhiri anak, Firls Not Brides, telah melihat tren serupa, di mana hal ini didorong oleh ekonomi yang menurun dan penutupan sekolah selama pandemi.

Kepala Eksekutif Girls Not Brides Dr Faith Mwangi-Powell menuturkan, pendidikan telah menyediakan bentuk pengamanan bagi anak perempuan.

Sehingga, perlu banyak dukungan keuangan, pemantauan, hingga keterlibatan masyrakat memastikan anak perempuan dapat bersekolah.

Baca juga: Lebih dari 1 Juta Orang Meninggal Akibat Virus Corona, Ini Kata PBB

Seberapa besar masalahnya?

Sekitar 12 juta anak perempuan menjadi korban pernikahan dini setiap tahunnya.

Tapi, laporan menunjukkan jumlah ini diperkirakan akan meningkat secara signifikan selama lima tahun ke depan karena konsekuensi ekonomi dari pandemi mulai terdampak.

Pada tahun 2020, sebanyak 500.000 anak perempuan lainnya berisiko dipaksa menikah di bawah umur dan satu juta diperkirakan hamil.

Jika tindakan tidak diambil, kemungkinan terdapat 61 juta pernikahan anak pada tahun 2025. Namun, perkiraan ini mungkin hanya menjadi puncak gunung es.

"Pandemi berarti lebih banyak keluarga yang didorong ke dalam kemiskinan, memaksa banyak anak perempuan bekerja untuk menghidupi keluarga mereka dan putus sekolah, dengan kesempatan yang jauh lebih kecil daripada anak laki-laki untuk kembali ke sekolah," ujar Presiden dan CEO Save the Children, Bill Chambers.

"Meningkatnya risiko kekerasan dan eksploitasi seksual ditambah dengan meningkatknya makanan dan ketidakamanan ekonomi juga berarti banyak orangtua merasa tidak punya pilihan lain selain memaksa anak perempuannya menikah dengan pria yang lebih tua," lanjut dia.

Sementara itu, pada April lalu, PBB mengatakan kemungkinan ada sebanyak 13 juta lebih pernikahan anak secara global selama dekade berikutnya karena pandemi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com