Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2020, 14:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 terus berlangsung, angka kasus terus bergerak. Termasuk, angka kasus baru virus corona, kesembuhan, dan kematian.

Menurut data Worldometer, Selasa (29/9/2020) siang, angka kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia sudah mencapai 1.006.381 kasus.

Tiga negara penyumbang angka kematian terbesar yakni Amerika Serikat dengan 209.808 kasus kematian, Brasil dengan 142.161 kematian, dan India dengan 96.351 kematian.

Angka kematian akibat virus corona yang mencapai 1 juta tersebut tidak sedikit.

Apalagi, kasus virus corona pertama kali diketahui akhir tahun lalu, artinya belum genap satu tahun.

Mengutip BBC, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyebutnya sebagai sesuatu yang 'mematikan pikiran' dan 'capaian yang menyakitkan'.

Baca juga: Kematian Covid-19 Tembus 1 Juta, Ini 20 Negara dengan Korban Terbanyak

Terlepas dari tingginya kasus kematian yang telah terjadi, Guterres tetap mengajak semua pihak untuk bahu-membahu mengatasi pandemi Covid-19 yang masih terjadi.

"Kita tidak boleh melupakan kehidupan setiap individu, mereka (korban bisa jadi) adalah ayah dan ibu kita, istri dan suami kita, saudara laki-laki dan perempuan kita, teman dan kolega kita," kata dia dalam pesan video.

Guterres mengatakan sakit yang melanda masyarakat dunia terasa semakin berlipat ganda akibat ganasnya penyakit yang belum ditemukan vaksinnya ini.

Virus corona tercatat telah tersebar di 188 negara, dengan lebih dari 33 juta kasus positif yang dikonfirmasi.

Upaya melakukan kuncian wilayah, pembatasan pergerakan manusia, dan beragam tindakan lain untuk menghentikan penyebaran virus mau tidak mau menyeret banyak negara ke jurang resesi.

Sementara itu, upaya pengembangan vaksin yang efektif terus dikerjakan oleh sejumlah pihak di berbagai negara.

Namun demikian, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa jumlah kematian akibat virus ini bisa mencapai 2 kali lipat dari angka yang ada saat ini, sebelum akhirnya vaksin tersedia secara luas.

Baca juga: WHO Peringatkan Kematian Akibat Corona Bisa Capai 2 Juta Orang

Sebagaimana dilansir Reuters, tingkat kematian ini bahkan sesuatu yang bukan hanya sebatas hasil membayangkan atau berandai-andai saja, melainkan sangat mungkin terjadi.

Hal tersebut disampaikan Mike Ryan, Kepala Program Darurat PBB, dalam sebuah kesempatan di hari Jumat (25/9/2020).

Ryan berharap tidak ada pihak yang menyalahkan kaum muda dan menyebutnya sebagai agen pembawa virus yang membuat angka infeksi meningkat akhir-akhir ini setelah sejumlah aturan dilonggarkan.

Sebaliknya, ia menilai yang menyebabkan infeksi Covid-19 terus terjadi adalah berkumpulnya orang-orang dari berbagai kalangan usia dalam ruangan yang sama. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Taylor Swift Jadi Person of The Year 2023, Ungguli Xi Jinping, Putin, dan Raja Charles III

Taylor Swift Jadi Person of The Year 2023, Ungguli Xi Jinping, Putin, dan Raja Charles III

Tren
Sosok Ayah yang Diduga Jadi Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Sosok Ayah yang Diduga Jadi Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Tren
Penjelasan PVMBG soal Cahaya Oranye yang Terlihat di Gunung Marapi pada Rabu Malam

Penjelasan PVMBG soal Cahaya Oranye yang Terlihat di Gunung Marapi pada Rabu Malam

Tren
Daftar Lengkap 23 Nama Korban Tewas Letusan Gunung Marapi, Salah Satunya Anggota Polisi

Daftar Lengkap 23 Nama Korban Tewas Letusan Gunung Marapi, Salah Satunya Anggota Polisi

Tren
Budaya Sehat Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO 2023

Budaya Sehat Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO 2023

Tren
Ketahui, Ini Kriteria Rumah Rawan Tersambar Petir Menurut Pakar ITB

Ketahui, Ini Kriteria Rumah Rawan Tersambar Petir Menurut Pakar ITB

Tren
5 Fakta Kasus 4 Tewas Anak di Jagakarsa, Berawal dari Kecurigaan Warga Cium Bau Busuk

5 Fakta Kasus 4 Tewas Anak di Jagakarsa, Berawal dari Kecurigaan Warga Cium Bau Busuk

Tren
Update Kasus 'Mycoplasma Pneumoniae' di Indonesia, Penyebaran, dan Keparahannya

Update Kasus "Mycoplasma Pneumoniae" di Indonesia, Penyebaran, dan Keparahannya

Tren
Profil Ignasius Jonan, Sosok yang Disebut Anies Akan Dilibatkan Lagi dalam Pembangunan Transportasi Kereta Api

Profil Ignasius Jonan, Sosok yang Disebut Anies Akan Dilibatkan Lagi dalam Pembangunan Transportasi Kereta Api

Tren
Apa Perbedaan Antibodi dan Antigen? Berikut Penjelasannya

Apa Perbedaan Antibodi dan Antigen? Berikut Penjelasannya

Tren
Efek Minum Susu, Mengobati atau Justru Memperparah Asam Lambung?

Efek Minum Susu, Mengobati atau Justru Memperparah Asam Lambung?

Tren
Pendaki Terakhir yang Hilang Ditemukan, Operasi SAR Gunung Marapi Ditutup

Pendaki Terakhir yang Hilang Ditemukan, Operasi SAR Gunung Marapi Ditutup

Tren
Pengendara Buang Sampah di Jalan Raya Bisa Kena Sanksi Denda dan Pidana, Ini Aturannya

Pengendara Buang Sampah di Jalan Raya Bisa Kena Sanksi Denda dan Pidana, Ini Aturannya

Tren
Kronologi Penemuan 4 Anak Tewas di Jagakarsa, Mayat Berjejer di Kasur

Kronologi Penemuan 4 Anak Tewas di Jagakarsa, Mayat Berjejer di Kasur

Tren
Cara Bagi Pembaruan Status WhatsApp ke Instagram Story secara Otomatis

Cara Bagi Pembaruan Status WhatsApp ke Instagram Story secara Otomatis

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com