Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Mahalnya Janda Bolong, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 27/09/2020, 18:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Tidak hanya itu, para pemain di balik harga pasar ini juga menciptakan rumor-rumor tertentu untuk mempermulus upayanya dalam melambungka harga.

"Yang dilakukan adalah proses pembentukan harga di antara sesama pedagang, kemudian diciptakan rumor atau isu agar masyarakat makin tertarik beli. Ada forum-forum kolektor juga, diciptakan imajinasi bahwa yang warna tertentu, bentuk tertentu punya harga lebih," katanya lagi.

Setelah dipotong, letakkan batang yang berakar di botol kaca, vas atau gelas kaca yang diisi air.KOMPAS.COM/Dian Reinis Kumampung Setelah dipotong, letakkan batang yang berakar di botol kaca, vas atau gelas kaca yang diisi air.
Misalnya, saat ini tanaman monstera dengan jenis variegata atau memiliki campuran warna putih dan hijau, dibanderol harga lebih tinggi daripada monstera yang berwarna hijau biasa, karena disebut langka, dan sebagainya.

"Jadi diciptakan pembenaran bahwa harga yang fantastis itu wajar," ujarnya.

Baca juga: Tergolong Sindrom Langka, Apa Itu Mirror Syndrome?

Namun, satu hal yang perlu diselidiki menurut Bhima adalah siapa yang bermain di balik semua ini.

Menurutnya, spekulan pasar selalu menciptakan produk untuk dipermainkan.

"Iya memang ada perubahan perilaku juga selama pandemi, masyarakat banyak WFH, sehingga perhatian terhadap interior rumah, termasuk tanaman indoor naik. Jadi ada tren ini, tapi juga digoreng oleh spekulan," pungkas Bhima.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi dan Bedanya dengan Depresi Ekonomi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com