"Masih banyak yang belum tepat dalam memahaminya. Gempa megathrust dipahami sebagai sesuatu yang baru dan segera akan terjadi dalam waktu dekat, berkekuatan sangat besar, dan menimbulkan kerusakan dan tsunami dahsyat. Pemahaman seperti ini tentu saja kurang tepat," ujar Daryono.
Oleh karena itu, ia kembali mengimbau masyarakat untuk tidak cemas dan panik berlebihan merespons informasi potensi gempa megathrust.
Baca juga: Kajian Tsunami Megathrust Sukabumi, Ahli Sebut Perlu Mitigasi Dini
Mengenai potensi gempa tersebut, ia mengugkapkan, para ahli menciptakan model potensi bencana dengan tujuan sebagai acuan upaya mitigasi.
Tetapi, sebagian masyarakat memahaminya kurang tepat, seolah bencana akan terjadi dalam waktu dekat.
"Ini masalah sains komunikasi yang masih terus saja terjadi, karena hingga saat ini masih ada gap atau jurang pemisah antara kalangan para ahli dengan konsep ilmiahnya dan masyarakat yang memiliki latar belakang dan tingkat pengetahuan yang sangat beragam," ujar Daryono.
Menurut dia, hal semacam ini masih akan terus berulang, dan harus diperbaiki serta diakhiri.
Namun, ia mengakui, kepanikan masyarakat terjadi karena informasi potensi gempa megathrust sudah sering terjadi, dan terus berulang sejak pasca peristiwa tsunami Aceh 2004.
Kegaduhan dan kerisauan akibat potensi gempa megathrust dan tsunami selalu muncul ketika para ahli mengemukakan pandangan mengenai potensi gempa dan tsunami.
Baca juga: Penjelasan soal Potensi Gempa Megathrust dan Perlunya Mengakhiri Kepanikan...