Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus Kematian Nakes di Puskesmas, Benarkah Penularan Corona Mulai Merata?

Kompas.com - 27/09/2020, 12:16 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Pembatasan mobilitas

Riris mengatakan, selama mobilitas tetap terjadi, virus akan menyebar sesuai pola penyebaran manusia. Kecuali, jika mobilitas antar daerah ditutup.

Namun, karena saat ini penyebaran Covid-19 sudah merata ke berbagai daerah, maka Riris menyebut bahwa membatasi perjalanan antar wilayah tidak lagi menjadi pilihan yang efektif.

"Yang dibatasi justru mobilitas di dalam tiap-tiap kota itu," kata Riris.

Baca juga: Siap-siap Resesi Ekonomi, Ini Dampak dan Cara Mengatasinya...

Menurut dia, pembatasan mobilitas dalam kota bisa dilakukan dengan memberlakukan kebijakan seperti, kerja dari rumah, sekolah dari rumah, beribadah di rumah, dan meniadakan keramaian.

Kebijakan-kebijakan tersebut, diikuti dengan penerapan 3T (test, trace, dan treat) serta perilaku 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak).

Sampai terkendali

Riris menambahkan, pembatasan mobilitas dalam kota dilakukan selama transmisi atau penularan virus corona penyebab Covid-19 masih tinggi.

"Kalau sudah terkendali ya bisa dilonggarkan sedikit," ujar dia.

Baca juga: Angka Kematian Covid-19 di Indonesia Tembus 10.000, Apa yang Salah?

Sementara itu, Riris mengatakan, suatu daerah bisa disebut sudah mampu mengendalikan penyebaran Covid-19 jika tidak ada peningkatan kasus.

"Selagi masih ada peningkatan kasus, maka masih belum," kata dia.

Salah satu indikator yang dapat dilihat yakni dari positivity rate.

"Kalau kemudian tesnya sudah banyak tapi positivity rate-nya tetap meningkat, berarti kan ada peningkatan penularan. Itu menandakan, jika tidak dihentikan mobilitasnya, maka penularan akan tetap meningkat," kata Riris.

Sebagai informasi, positivity rate diukur dari perbandingan antara jumlah tes yang dilakukan dengan jumlah kasus positif.

Adapun, standar aman positivity rate yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni sebesar lima persen.

Baca juga: Kanker Ovarium dan Risiko Covid-19...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Membedakan Flu dengan Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com