Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Gempa dan Tsunami Besar di Selatan Jawa, Bagaimana Pemahaman Kebencanaan Kita?

Kompas.com - 27/09/2020, 12:04 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah riset yang dilakukan oleh tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menemukan adanya potensi gempa dan tsunami besar selatan Jawa.

Riset dilakukan berdasarkan dua aspek studi, yakni menggabungkan data GPS dan data gempa yang saling berkorelasi, wilayah Jawa bagian selatan memiliki potensi gempa di Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah dan timur.

Jika wilayah-wilayah itu terjadi gempa secara bersamaan, maka kemungkinan terburuknya adalah potensi gempa hingga M 9,1.

Riset yang dipublikasikan di Nature Scientific Report, Kamis (17/9/2020), juga mencatat bahwa gempa itu dapat menimbulkan tsunami dengan tinggi gelombang mencapai 20 meter.

Dengan tingginya potensi bencana di Indonesia, bagaimana pemahaman masyarakat terhadap kebencanaan, khususnya di daerah rawan?

Guru Besar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Aris Marfai mengatakan, banyaknya informasi terkait kebencanaan membuat kesadaran masyarakat semakin meningkat.

Baca juga: Ramai soal Gempa Megathrust, Jangan Panik, Ini yang Perlu Kita Pahami

Dengan kesadaran itu, masyarakat kini lebih peduli dengan berbagai fenomena dan potensi bencana.

"Kalau sudah peduli, harapannya aware dan paham untuk melakukan langkah-langkah pengurangan risiko akibat bencana," kata Aris saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (26/9/2020).

"Minimal masyarakat pada saat ini sudah jauh lebih memahami dibandingkan sepuluh tahun lalu, terutama untuk masyarakat di daerah rawan gempa dan tsunami," lanjut dia.

Aris mengatakan, bukti kesadaran masyarakat akan bencana itu juga terlihat dari program studi (Prodi) kebencanaan yang ramai peminat.

Selain itu, eksistensi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di setiap daerah juga mengindikasikan bahwa pemerintah telah meningkatkan kesiapsiagaannya dalam menghadapi bencana.

"Artinya pemerintah juga semakin meningkatkan kesiapsiagaan dan kesiapan menghadapi bencana dengan adanya unit-unit khusus. Demikian juga dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kebencanaan," jelas dia.

Baca juga: Ramai soal Riset ITB, Berikut Tanda dan Hal-hal yang Perlu Dilakukan Saat Terjadi Tsunami...

Aris menjelaskan, paradigma pemerintah dalam penanggulangan bencana pun kini telah bergeser dari responsif menjadi kesiapsiagaan.

Meski demikian, ia mengingatkan agar pemerintah terus meningkatkan kesiapan masyarakat terhadap bencana, sehingga meminimalisir dampaknya.

Hal itu bisa dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat.

Aris menyebutkan, yang perlu diwaspadai saat ini adalah masyarakat tak boleh terlena, khususnya di daerah rawan yang lama tidak terjadi bencana.

"Ada sebuah adagium yang mengatakan, 'bencana itu datang kalau kita sudah lupa bencana sebelumnya'," kata Aris.

"Masyarakat kita kan tipenya mudah lupa terhadap suatu kejadian, sehingga perlu berulang-ulang kita ingatkan, agar program pengurangan risiko bencana ini bisa berjalan lebih maksimal," lanjut dia.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Tas Siaga Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Tren
Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Tren
5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

Tren
Bandara Sam Ratulangi Ditutup mulai Hari Ini akibat Erupsi Gunung Ruang

Bandara Sam Ratulangi Ditutup mulai Hari Ini akibat Erupsi Gunung Ruang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com